Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Nanik (20) masih syok tiap kali menengok bangku kosong di sebelahnya. Di depan kursi itu, berkas-berkas administrasi Data Pokok Pendidikan menumpuk di atas meja cokelat berukuran 3 x 2 meter. Biasanya, kenang Nanik, Budi Hartanto (28) duduk di sana. Nanik dan Budi sama-sama bekerja sebagai staf tata usaha di SDN Banjarmlati II Kediri, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Namun sejak beberapa hari lalu, bangku dan meja itu tak bertuan. Tubuh Budi ditemukan dalam kondisi mengenaskan, Rabu (4/4), terbungkus dalam sebuah koper hitam di sekitar jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar.
“Sampai sekarang masih belum bisa nyenyak kalau tidur. Saking akrabnya,” kata Nanik, Senin (8/4).
Ia sama sekali tak punya firasat apa-apa sebelum peristiwa nahas itu terjadi. Apalagi, pagi sehari sebelum jenazahnya ditemukan, Budi masih muncul di rangkaian perayaan Isra Mikraj di SDN Banjarmlati II. Dalam sesi kegiatan peragaan busana, ia bergaya bak model di teras sekolah yang disulap menjadi catwalk dadakan.
Teriakan dan tawa para siswa pecah saat Budi Hartanto bersama rekannya Navit, staf tata usaha yang lain, menunjukkan kebolehannya. Momen tersebut sempat diabadikan di ponsel milik Navit. “Pagi itu ya kita bercanda dan ketawa-ketawa,” ujar Navit kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Peringatan Isra Mikraj membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah bubar lebih cepat hari itu. Selanjutnya, para staf tata usaha sempat makan siang bersama di Mall Kediri. Budi juga hadir bersama empat orang lain. Menurut Nanik, siang itu tak ada pembicaraan serius. Budi, seperti biasa, tampak ceria.
“Kita berpisah itu di parkiran mal itu jam dua siang,” ujar Nanik.
Budi pulang mengendarai sepeda motor yang baru dibelinya dua bulan lalu. Malam harinya, selepas Magrib, pemuda ini pergi ke sanggar tari CK Dancer yang ia asuh di kawasan GOR Jayabaya, Kediri. Di sana, Budi juga membuka kafe kecil bernama Royal Coffee yang letaknya persis bersebelahan dengan sanggar.
Inun, pemilik warung tak jauh dari sanggar, masih ingat pertemuan terakhirnya dengan Budi malam itu. “Berpakaian kalau saya enggak salah itu abu-abu, dan celananya kalau enggak salah hitam juga abu-abu. Pakai sepeda motor saat itu,” kata dia.
Pada teman-temannya di sanggar CK Dancer, Budi pamit keluar mencari makan sekitar pukul 22.30 WIB. Sejak saat itu, tak ada yang mengetahui keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, sekitar 25 kilometer dari lokasi terakhir Budi terlihat, pandangan Imam Khoiry (47) mendadak tertuju kepada sebuah koper hitam di bantaran sungai di Desa Karanggondang. Saat itu, ia sedang berolah raga di jalan setapak pinggiran sungai. Mulanya, Imam menyangka koper berisi baju bekas. “Tapi saya penasaran,” katanya.
Soal keberadaan koper hitam itu ia sampaikan kepada Agus, warga yang kebetulan melintas. Keduanya lantas memeriksa isi koper. Dari dekat, mereka melihat ada jari kaki menyembul dan bau amis menguar dari sana.
“Kopernya agak terbuka. Kata Pak Agus Iya itu mayat, bau anyir, bau amis. Ujung-ujung jari kaki kelihatan,” ujar Imam
Lokasi penemuan koper jauhnya sekitar 25 meter dari Jalan Raya Karanggondang. Untuk menuju ke sana, Imam harus melintasi jalan setapak yang cuma muat dilintasi sepeda motor. Dari bantaran sungai ke titik koper berada, jaraknya kurang lebih tiga meter dengan kemiringan bantaran sekitar 60 derajat.
Imam bergegas melaporkan temuan itu ke Ketua RT setempat, yang langsung menghubungi polisi. Tak lama kemudian, petugas Polres Blitar mengamankan lokasi pada pukul 08.00 WIB. Warga desa Karanggondang pun gempar.
ADVERTISEMENT
Dari olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan jenazah dalam kondisi tubuh terlipat tanpa kepala di dalam koper. Identitas korban baru terungkap dengan bantuan satuan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis).
Data sidik jari menunjukkan korban adalah Budi Hartono. Polisi pun bergerak cepat mengusut kasus ini. Polres Kediri Kota dan Polres Blitar sempat menyusuri lokasi penemuan jenazah untuk mencari potongan kepala korban, di perbatasan kedua wilayah. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil.
Sejumlah saksi pun diperiksa untuk membuat terang kasus itu. Menurut Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung Mangera, total sudah 16 orang dimintai keterangan. Sebagian besar saksi berasal dari sekitar lingkungan sosial Budi.
Polisi juga menelusuri orang-orang yang terakhir kali berkomunikasi dengan Budi. Ponsel korban teridentifikasi masih aktif beberapa jam sebelum jenazahnya ditemukan.
ADVERTISEMENT
Kuat dugaan, pelaku mengeksekusi Budi di Kediri. Blitar hanya digunakan sebagai titik untuk membuang jenazah korban. Hasil forensik, ujar Barung, mengindikasikan Budi tewas antara 1-10 jam sebelum jasadnya ditemukan.
Dari serangkaian analisis dan pemeriksaan, polisi juga mendapat benang merah untuk menguak kasus pembunuhan itu.
“Kami menghilangkan motif perampokan atau curasnya dan kami menghilangkan motif ekonomi dari kasus ini. Kami masuk kepada hal yang berkaitan dengan asmara. Ke arah situ (hubungan sesama jenis) ya,” kata Barung.
Menurut Barung, nama terduga pelaku sudah ada di kantong penyidik. Informasi dari para saksi juga menunjukan kaitan pelaku dengan Budi. Diperkirakan pelaku berjumlah lebih dari satu orang.
Sementara itu, sejak penemuan jenazah Budi, sanggar tari CK Dancer selalu tutup. Begitu pula kafe miliknya di samping sanggar.
kumparan juga menelusuri sebuah kafe yang kerap menjadi tempat nongkrong Budi dengan teman-temannya. Namun, Senin (8/4) malam itu, tak satu pun rekan Budi yang muncul.
ADVERTISEMENT
Dua orang yang diperiksa polisi sebagai saksi sempat muncul dalam acara tahlilan tujuh hari meninggalnya Budi. Mereka ngeloyor pergi ketika diminta kesediaan diwawancara.
Adapun pihak keluarga menolak bercerita panjang lebar soal pembunuhan yang dialami Budi. Sang ibu, Hamidah, masih tampak terpukul ketika ditemui kumparan. Menurutnya, Budi merupakan tulang punggung keluarga.
“Saya tidak sanggup bicara apa-apa, anak saya itu baik, di luar itu saya tidak tahu, anak saya itu baik, baik sekali,” ujar Hamidah sembari menangis.
Simak selengkapnya dalam topik Misteri Mayat Dalam Koper