Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Mitos Batu Bleneng dan Fakta Lainnya tentang Tol Cipali
16 Juni 2017 9:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi para pemudik yang pada musim lebaran 2017 akan pulang ke arah timur Pulau Jawa, khususnya bagi mereka yang menggunakan kendaraan mobil atau bus biasanya akan memilih menggunakan jalur satu ini. Yap benar, Tol Cikopo-Palimanan atau (Cipali).
ADVERTISEMENT
Sepintas jalan Tol Cipali tak jauh berbeda dengan jalan tol lainnya di Pulau Jawa. Pembangunan jalan tol ini dimulai 2011 dan digunakan pertama kali 2015.
Panjang jalan tol ini mencapai 116 kilometer. Tol Cipali menghubungkan daerah Cikopo, Purwakarta dengan Palimanan, dan Cirebon.
Tol Cipali didominasi oleh jalanan lurus. Bentuk jalan yang menikung dan membelah bukit hanya ada di Km 181-182. Lokasi tersebut masuk wilayah Desa Walahar, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Mitos Batu Bleneng
Di sinilah terdapat mitos yang berkembang di masyarakat tentang Tol Cipali. Keberadaaan sebuah batu besar di pinggir jalan Tol Cipali, tepatnya di kilometer 181.
ADVERTISEMENT
Batu besar tersebut dikenal dengan nama Batu Bleneng oleh warga sekitar. Batu ini berada di pinggir jalan sebelah kanan bila dari arah Jakarta-Palimanan, namun bila dari arah Cirebon, batu itu berada di sebelah kiri. Wilayah batu itu berada di sebuah bukit bernama Bukit Salam yang disulap menjadi jalan tol.
Warga sekitar yang tinggal di kaki Gunung Salam percaya, Batu Bleneng memiliki kekuatan gaib sehingga batu seukuran bus kota itu tidak bisa dipindahkan ataupun dihancurkan.
Beberapa warga juga percaya mitos Batu Bleneng adalah sumbat mata air raksasa. Apabila batu itu dipindahkan, maka air akan menyembur tanpa henti. Menurut warga, Batu Bleneng juga pernah dijadikan lokasi syuting acara televisi tentang lokasi-lokasi angker.
ADVERTISEMENT
Mitos ini semakin diperkuat mana kala hanya dalam 10 hari setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, di jalan tol ini telah terjadi 30 kecelakaan yang mengakibatkan sejumlah orang tewas dan luka-luka. Hal ini tak ayal menumbuhkan persepsi masyarakat soal mitos Batu Bleneng dan kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di jalan Tol Cipali.
Topografi Jalan
Namun, jika melihat bagaimana topografi jalan tol ini, kecelakaan yang selama ini terjadi bisa disebabkan karena berbagai hal. Hal yang paling mungkin mendominasi adalah faktor human error dikarenakan jalan yang lurus dan panjang sehingga menyebabkan pengemudi mengantuk.
Hal lain yang memungkinkan terjadinya kecelakaan adalah adanya tebing hasil dari pemotongan Gunung Salam dan mengapit jalan tol. Panjang masing-masing tebing sekitar 300 meter sedangkan puncak tebing tingginya sekitar 40 meter.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dikatakan di atas, imbas dari pemotongan Gunung Salam ini menjadikan bentuk jalur tol di kilometer 181-182 menjadi berbentuk letter S. Kondisi ini membuat jalan jadi berkelok dan menanjak.
Oleh karenanya bagi para pemudik yang berencana untuk menggunakan jalan Tol Cipali ini pada mudik lebaran besok, ada baiknya berhati-hati di kilometer ini. Sebab, setelah disuguhkan dengan jalan lurus yang panjang, kamu akan melewati jalanan yang berkelok. Jadi konsentrasi dalam mengemudi dibutuhkan untuk saat melintasi jalur ini.
Buat kamu yang ingin mudik lewat jalur ini, selalu berpikir positif dan jangan memaksakan kondisi tubuh jika sudah kelelahan ya.