Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko membantah tudingan yang mengabarkan Presiden Jokowi memaksa pemerintah Arab Saudi terkait izin masuk dalam Ka'bah. Dia menegaskan kabar paksaan tersebut tak benar.
ADVERTISEMENT
"Enggaklah kalau memaksa. Mana bisa sih negara dipaksa. Raja mana bisa dipaksa," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4). Moeldoko juga ikut umrah bersama Presiden Jokowi.
Moeldoko lantas menjelaskan Presiden Jokowi bersama rombongan umrahnya masuk atas inisiatif dari pemerintah Arab Saudi. Hal itu karena apresiasi atas hubungan diplomatik kedua negara yang cukup baik.
"Pemerintah (Arab Saudi). Ya saya pikir begini ini kan dukungan hubungan diplomatik kan pasti ada hitung-hitungannya. Kalau saya melihat dari cara raja berbicara dan putra mahkota berbicara bagaimana dia bisa. Ini sebuah apresiasi," jelasnya.
Tak hanya itu, apresiasi lainnya yang juga diberikan untuk Jokowi yaitu jamuan kenegaraan yang luar biasa. Saat itu pun, Moeldoko menilai pertemuan antara Jokowi dan Raja Salman cukup komunikatif.
ADVERTISEMENT
"Presiden diterima oleh raja pada makan siang. Itu sebuah jamuan yang luar biasa. Betul-betul jamuan kenegaraan yang luar biasa. Dan yang saya dan Bu Menlu heran, karena raja banyak sekali bicara. Tidak seperti waktu di Indonesia dulu, satu dua kalimat," ujarnya.
"Namun nyaris semua waktu menerima presiden, beliau banyak bicara tentang Indonesia. Saya juga bingung kenapa bisa tahu begitu banyak," lanjutnya.
Bahkan, tak hanya Raja Salman saja, putra mahkota Muhammad bin Salman pun menunjukkan sikap yang sama. Sehingga, pertemuan para petinggi negara tersebut dinilai cukup akrab.
"Berikutnya pada saat dinner diterima Putra Mahkota. Dia lebih tahu lagi tentang Indonesia. Bicara investasi saya catat. Oke Pak presiden, saya akan libatkan diri di sana. Kalau presiden selalu bicara investasi, kecenderungan investasi ke depan seperti apa," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya beliau, dari raja tertarik dengan migas, pariwisata, dan diskusi bisa enggak di Indonesia dibuatkan F1. Itu putra mahkota berpikir ke sana," pungkasnya.