Moeldoko soal Tentara Ditolak RS di Sumut: Negara Tak Akan Abai

28 Januari 2019 13:20 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
ADVERTISEMENT
Komandan Koramil 10 Balimbingan Kodim 02/07 Simalungun, Kapten Infanteri Leo Sianturi mengaku diusir dari Rumah Sakit Tentara di Jalan Simanuk-manuk Kota Pematang Siantar Sumatera Utara. Leo Sianturi kemudian curhat lewat video yang kemudian viral.
ADVERTISEMENT
Kepala Staf Presiden Moeldoko, lalu menanggapi masalah ini. Menurut Moeldoko, pada prinsipnya negara tak abai untuk melayani penderita sakit. Kasus Kapten Leo Sianturi ini sudah diklarifikasi oleh pihak rumah sakit.
"Ya itu saya pikir sudah dijelaskan secara teknis tapi prinsipnya negara tidak abai penanganan terhadap para penderita sakit hanya sebuah kasus yang memang harus direspons oleh semua pejabat rumah sakit," kata Moeldoko di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (28/1).
"Saya mantan prajurit TNI sering memberikan koreksi kepada BPJS, jangan sampai tentara yang merasa punya rumah sakit dengan bergabung BPJS merasa tidak punya rumah sakit," lanjut dia.
Video Tentara Merasa Diusir dari Rumah Sakit Viral di Sumut. (Foto: Instagram @hotmanparisoffical)
zoom-in-whitePerbesar
Video Tentara Merasa Diusir dari Rumah Sakit Viral di Sumut. (Foto: Instagram @hotmanparisoffical)
Moeldoko menyampaikan saat dirinya jadi Panglima TNI, hal-hal yang menyangkut anggota TNI bergabung dengan BPJS sudah disampaikan langsung ke Dirut BPJS Fachmi Idris.
ADVERTISEMENT
"Ini waktu saya jadi Panglima TNI sudah saya sampaikan kepada Dirut BPJS. Itu hanya kasus kecil yang memang harus direspons, enggak boleh diabaikan," ucap Moeldoko.
Pada video yang diunggah Jumat (25/1) ini, Sianturi tampak duduk di kursi roda, dengan tangan masih diinfus menyampaikan kekecewaannya pada Presiden Jokowi dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto
"Tolong saya Pak Presiden, tolong saya Pak Panglima. Saya Kapten Leo Sianturi tak dilayani dengan baik di rumah sakit," teriaknya.
Dalam video itu, ia mengaku diusir oleh perawat karena tidak ada keluarga yang menjagannya saat hendak dirawat.
"Saya seorang perwira, sakit diopname, tidak bisa dirawat di rumah sakit, tentara tanpa dirawat. Saya prajurit, perwira angkatan darat tidak dihargai," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara pihak rumah sakit telah memberikan klarifikasi mengenai peristiwa tersebut. Kepala Rumah Sakit Pematang Siantar, Mayor CKM dr. Hadi Zulkarnaen, menjelaskan, sebelum peristiwa itu, Leo terlebih dahulu menjalani operasi kecil di RS Tentara lantaran ada benjolan kecil di pergelangan kakinya pada Kamis (24/1).
"Benjolan kaki terjadi karena penyakit asam uratnya, hingga kami mengeluarkan nanah di dalam benjolan itu agar tidak infeksi," kata Hadi kepada kumparan, Minggu (27/1)
Usai dioperasi, Leo merasakan sakit di area dada. Namun, saat diperiksa, kondisi Leo terpantau normal. "Tetapi ia sempat menginap di rumah sakit dan masih diinfus," tutur Hadi.
Permasalahan terjadi pada Jum'at (26/1) saat serah terima pasien di pagi hari dengan perawat. "Saat itu perawat bertanya, 'sudah sarapan pagi, Pak? Pasien menjawab belum, katanya sambil makan keripik. Kemudian Kapten Leo menjawab lagi: Sudah dikasih tadi, tapi saya suruh bawa lagi pramusaji," ujar Hadi menirukan Leo.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, tutur Hadi, perawat kembali bertanya kepada Leo tentang siapa dari pihak rumah sakit yang menjaganya. "Hal itu sesuai dengan SOP rumah sakit, agar perawat lebih maksimal menjaga pasien. Gara-gara pertanyaan ini dia tersinggung, namun tetap dijawabnya 'saya sudah cerai, sambil mendongkol," ujar Hadi.
Namun, karena petugas tidak tahu permasalahan keluarga Leo, perawat kembali bertanya mengenai keberadaan anaknya. Leo lantas menjawab anaknya sedang berada di Bandung dan satu anaknya yang lain sedang mengikuti pendidikan militer.
"Saat itu perawat mengatakan 'enaklah anak bapak ada yang tentara', seketika itu pula, Kapten Leo tersinggung. 'Ngapain kalian tanya itu,' di situlah awal dia marah," ucap Hadi.
Leo, kata Hadi, merasa pertanyaan perawat terlalu berlebihan. "Dia merasa kalau dia sakit tak perlu ditanya siapa yang nungguin, karena itu tugas perawat," tuturnya.
ADVERTISEMENT