Monas di Mata Pengunjung yang Baru Pertama Melihatnya

6 April 2025 15:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di dalam kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/4). Foto: Zamachsyari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di dalam kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/4). Foto: Zamachsyari/kumparan
ADVERTISEMENT
Siang itu, matahari menggantung tinggi di atas kepala, seolah ingin memastikan setiap sudut Monumen Nasional (Monas), landmark Indonesia, tersinari sempurna. Terik menyengat, keringat menetes pelan, namun tak satu pun menyurutkan langkah para pengunjung yang memadati kawasan tersebut di libur Lebaran, Minggu (6/4).
ADVERTISEMENT
Ada yang duduk bersila di atas tikar, membuka bekal dari rumah dan berbagi cerita. Ada pula yang berdiri berjajar di depan tugu, berusaha mencari sudut terbaik untuk berfoto, menjadikan Monas sebagai latar yang ikonik.
Di sisi lainnya, ada panggung musik tertata rapi. Dentuman lagu-lagu populer mengalun, menyatu dengan tawa anak-anak dan obrolan santai keluarga. Di tengah hiruk-pikuk itu, antrean panjang mengular ke pintu masuk Monas menuju lift yang akan membawa mereka ke puncak, melihat Jakarta dari atas.
Bagi sebagian orang, kunjungan macam ini adalah pengulangan dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi ada juga yang siang ini adalah kali pertamanya. Seperti Yeti (42), yang datang jauh dari Kuningan, Jawa Barat. Ia tak punya saudara di Jakarta, tapi kesempatan menjenguk adik ipar yang baru melahirkan, ia manfaatkan untuk sekalian jalan-jalan ke Monas.
ADVERTISEMENT
"[Asal dari mana] Dari Kuningan. Kan abis dari nengok adik ipar abis ngelahirin jadi sekalian jalan-jalan ke Monas," ujar Yeti.
Suasana di dalam kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/4). Foto: Zamachsyari/kumparan
Hari itu adalah kali pertama baginya melihat Monas dari dekat. Yeti akhirnya dapat melihat wujud asli Monas kali ini, bukan hanya melalui layar kaca.
"Ya bagus sih ya emang kayak yang di TV. Sama sih kayak gini, gitu," katanya sambil tersenyum kecil.
Meski belum sempat naik ke atas karena sang anak enggan kelelahan sebelum kembali bekerja esok hari, Yeti sudah cukup puas.
"[Naik ke atas Monas] Belum. Itu anaknya enggak mau, capek katanya besok kan kerja," ujarnya.
Sejumlah warga berwisata saat lebaran di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Rabu (2/4/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Lain lagi kisah Santo (56) dari Pemalang. Ia datang ke Jakarta untuk bersilaturahmi ke rumah mertua anaknya, dan Monas menjadi persinggahan sebelum perjalanan pulang.
ADVERTISEMENT
"Iya ini kebetulan aja sekalian mampir [ke Monas] sebelum pulang," tuturnya.
Meski matahari menyengat dan kelelahan, ia tetap tampak menikmati suasana.
"Luas juga tempatnya. Capek kelilingnya haha," cerita Santo sambil tertawa.
Ia tak sempat naik ke puncak Monas, namun sempat berkeliling dengan mobil wisata. "[Kesan lihat Monas] Ya bagus lah. Tinggi gede," katanya singkat.
Hari itu, Monas bukan hanya monumen batu yang menjulang. Monas menjadi saksi bisu para keluarga yang menyempatkan diri, menghabiskan hari meski diguyur keringat dan tetapi dihiasi tawa, berbagi tempat di bawah langit Jakarta.