Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Monumen Tragedi Tiananmen di Universitas Hong Kong Dibongkar
23 Desember 2021 15:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Warga dikejutkan dengan pembongkaran dan pemindahan patung peringatan tragedi Tiananmen di Hong Kong University pada Rabu (22/12) tengah malam.
ADVERTISEMENT
Patung setinggi delapan meter dan seberat dua ton ini, merupakan satu dari sedikit monumen yang tersisa untuk memperingati tragedi kekerasan dan pembunuhan di Plaza Tiananmen China pada 1989 silam.
Patung ini diberi nama “Pillar of Shame” dan menjadi simbol utama dari janji-janji kebebasan yang diutarakan oleh China untuk Hong Kong pada 1997. Pada tahun itu Hong Kong kembali ke pelukan China dari koloni Inggris.
Hong Kong pun kerap menjadi lokasi peringatan Tragedi Tiananmen setiap tahunnya.
Dewan Hong Kong University (HKU) mengatakan, keputusan untuk membongkar patung tersebut didasari oleh rekomendasi hukum eksternal dan penilaian risiko, demi kepentingan kampus.
“Dewan HKU telah meminta patung tersebut disimpan di gudang, dan Universitas akan terus meminta rekomendasi hukum untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil,” ujar Dewan HKU dalam keterangannya pada Kamis (23/12), dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Reuters, penjaga keamanan Universitas tampak memasang barikade berwarna kuning di sekeliling monumen. Lokasi patung tersebut ditutupi dengan lembaran plastik putih dan dijaga oleh puluhan petugas.
Suara keras terdengar menggema dari area yang ditutupi, dalam proses pembongkaran patung perunggu itu. Sejumlah pekerja tampak membawa bagian atas dari patung tersebut dan mengangkatnya dengan menggunakan alat berat.
Satu unit truk akhirnya membawa pergi kontainer berisi patung yang merepresentasikan rasa sakit puluhan manusia itu.
Staf Universitas tampak meletakkan pot-pot tanaman berisi Bunga Poinsettia, yang merupakan dekorasi Natal terkenal di Hong Kong, di sekitar barikade kuning.
Beberapa bulan lalu, HKU ternyata sudah mengirimkan surat resmi yang meminta pembongkaran patung itu. Pemahat asal Denmark, Jens Galschiot, merupakan pematung dari monumen itu.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangannya, Galschiot mengungkapkan keterkejutannya dan meminta kompensasi jika terjadi kerusakan apa pun pada karya seninya. Ia juga menawarkan untuk membawa kembali Pillar of Shame ke negaranya.
HKU mengatakan, mereka memiliki hak untuk mengambil tindakan atas patung tersebut kapan pun. Menurut mereka, Pillar of Shame merupakan patung yang “rawan” dan berpotensi memiliki “isu-isu keselamatan” tertentu.
Kekecewaan Warga
Pembongkaran patung ini memicu rasa kecewa warga, termasuk mahasiswa di kampus HKU. Sejumlah mahasiswa, yang sedang dalam masa liburan, langsung mendatangi lokasi ketika mendengar kabar ini.
“Universitas pengecut, melakukan pembongkaran ini pada tengah malam,” kata seorang mahasiswa bernama belakang Chan (19).
“Saya sangat kecewa, karena patung ini adalah simbol dari sejarah,” lanjutnya.
Mahasiswa lainnya, bernama belakang Leung, mengungkapkan “hatinya hancur” melihat patung ini “dipotong-potong.”
ADVERTISEMENT
Menurut Ahli Ilmu Politik di HKU, John Burns, Partai Komunis China ingin warga China termasuk Hong Kong melupakan soal Tragedi Tiananmen ini.
“Mereka ingin, Tragedi Tiananmen ini dilupakan secara global,” kata Burns yang juga menolak pembongkaran monumen.
Tragedi Tiananmen terjadi pada 1989 ketika puluhan ribu mahasiswa pro-kebebasan memenuhi lapangan Tiananmen di Beijing. Aksi ini dipicu oleh kematian tokoh Partai Komunis China yang pro-keterbukaan dan reformasi, Hu Yaobang.
Karena kondisi terus memanas Pemerintah China kala itu menerapkan darurat militer. Pada 4 Juni 1989 peristiwa mengerikan terjadi.
Tentara menembaki para mahasiswa dengan peluru tajam. Data pemerintah China, ada 218 warga sipil, 10 tentara, dan 13 polisi yang tewas ketika itu. Namun catatan Palang Merah China berbeda jauh, ada hingga 2.600 warga sipil yang tewas.
ADVERTISEMENT