Moonton Akan Masukkan Gatot Kaca dan Arjuna ke Game ML: Promosi Budaya Indonesia

21 Januari 2025 15:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Martinus H. Manurung, Head of Indonesia Esports Business Development Moonton Games dalam acara From Heritage to Global IP: Leveraging Culture in the World of Brands di Jakarta, Selasa (21/1/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Martinus H. Manurung, Head of Indonesia Esports Business Development Moonton Games dalam acara From Heritage to Global IP: Leveraging Culture in the World of Brands di Jakarta, Selasa (21/1/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Game Mobile Legends (ML) akan memasukkan beberapa karakter khas Indonesia macam Gatot Kaca, Arjuna hingga Kadita yang merupakan representasi Nyi Roro Kidul ke dalam fiturnya.
ADVERTISEMENT
Di acara IP Expo by GDP Venture and Dentsu Indonesia, Head of Indonesia Esports Business Development Moonton Games, Martinus H. Manurung menjelaskan alasannya memasukkan karakter tersebut.
“Ini salah satu go-to-market strategy juga sebenarnya dari Montoon sebagai developer Mobile Legends karena melihat pasar-pasar Indonesia yang begitu besar, penetrasi smartphone, dan berkembangnya juga kecepatan internet dan gaming menjadi salah satu hobi,” ujarnya di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta Pusat pada Selasa (21/1).
Panel Discussion bersama Wamen Kebudayaan Giring Ganesha dan Head of Indonesia Esports Business Development Moonton Games Martinus H. Manurung di acara IP Expo by GDP Venture dan Dentsu Indonesia di Jakarta, Selasa (21/1/2025). Foto: Abid Raihan/kumparan
“Bahkan ya kita gabungkan kekuatan dia (Gatot Kaca) dengan juga jargon anak muda waktu itu yang lagi happening, om telolet om!. Nah kita masukin juga tuh. Jadi, Gatot Kaca yang ngomong itu ya sebagai perwakilan kaum muda,” tambahnya.
Menurutnya, manfaat yang dihasilkan dari penggunaan kearifan lokal itu sudah dirasakan, bahkan di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
“Dan itu ternyata kemakan banget sama anak-anak muda dan om telolet om juga diangkat sama beberapa artis internasional juga. Bahkan ada musiknya dan lain-lain itu sesuatu yang kita melihat beneficial baik,” ucap Martin.
Di kesempatan yang sama, Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha juga meminta para pemilik brand untuk memprioritaskan penggunaan Intelectual Property (IP) kebudayaan lokal Indonesia di produknya seperti yang dilakukan Moonton.
“Saya rasa nomor satu ya. Prioritaskan IP lokal. Mau gimana pun sekarang IP lokal harus diberikan push yang luar biasa. Dorongan yang luar biasa. Setidaknya internal dulu harus solid dan kuat,” ujarnya di sebelah Martin.
Perbandingan antara kolam pemancingan di Jember dengan map di Mobile Legends. Foto: Dok. mili.id/Mobile Legends
Menurutnya, penguatan internal itu lah yang dapat membuat budaya lokal mendunia. Contohnya dari Manga khas Jepang dan komik Marvel-DC dari Amerika.
ADVERTISEMENT
“Mereka gak bikin they wanna go global. Tapi internal dulu. Ketika internalnya sudah kuat. Baru kita coba keluar. Jadi teman-teman yang di sini. Yang pemangku kepentingan. Brand, marketers. Please fokus dulu ke bagaimana support IP-IP lokal. IP-IP kebudayaan lokal,” katanya.
“Kita push dulu, kita kembangin dulu. Nanti begitu sudah siap. Maksudnya kita sudah tahu momentum tipping pointnya kapan kita bisa go global,” tambahnya.
Untuk pengembangan IP kebudayaan lokal itu, Kementerian Kebudayaan telah membentuk satu direktorat baru.
“Dan kita juga sekarang punya direktur yang baru. Itu direktur pemberdayaan nilai budaya dan perlindungan hak intelektual,” ujar Giring.
“Untuk teman-teman yang mau memakai IP-IP kita ke depannya, IP-IP budaya, nanti please contact saya langsung. Bisa contact langsung, nanti saya akan arahkan ke direktur,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Kini, Moonton sedang menggodok karakter khas Indonesia untuk dijadikan karakter hero di game Mobile Legends lagi, yaitu Arjuna.
“Itu sangat powerful dan senjatanya banyak gitu contohnya. Jadi memang satu kita melakukan sebuah social listing juga. Yang kedua kita coba kontak regulator dan juga mungkin melalui media dan lain-lain untuk mencari tau nih apakah ini appropriate atau tidak,” pungkasnya.