Motif Guru Pesantren Sodomi Santrinya di Aceh: Hawa Nafsu

8 Februari 2022 15:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polres Bener Meriah hingga kini terus melakukan penyelidikan dan mendalami motif di balik kasus sodomi yang terjadi di lingkungan pesantren di Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
ADVERTISEMENT
Kasat Reskrim Polres Bener Meriah AKP Bustani, mengatakan, informasi sementara hasil pendalaman oleh petugas, motif oknum guru ngaji yang nekat melakukan aksi sodomi terhadap santrinya itu dikarenakan hawa nafsu.
“Sementara kalau pengakuan pelaku karena hawa nafsu,” kata Bustani saat dikonfirmasi, Selasa (8/2).
Dikatakan Bustani, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan penyelidikan dan mendalami kasus sodomi oleh guru ngaji yang terjadi di salah satu pesantren di Bener Meriah tersebut.
“Sampai saat ini masih kita lakukan pendalaman dan pemeriksaan lebih lanjut, nanti kita lihat hasil penyelidikannya seperti apa,” ujarnya.
Sementara itu, sebut Bustani, dalam kasus ini polisi menduga ada korban baru. Namun, penyidik masih melakukan pengembangan.
“Kemungkinan ada korban baru, penyidik akan lakukan pengembangan dan pendalaman kemungkinan adanya korban baru,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Diberitakan sebelumnya, Polres Bener Meriah menangkap seorang guru mengaji dari salah satu pesantren karena diduga telah melakukan aksi sodomi terhadap santrinya sendiri.
Pelaku berinisial MZ (22), ia merupakan seorang guru ngaji pada salah satu pesantren di Bener Meriah. Korbannya merupakan seorang santri yang masih berusia 13 tahun.
MZ ditangkap pada Sabtu (5/2) setelah dilaporkan oleh keluarga korban. Saat diamankan petugas, ia mengakui telah melakukan aksi bejatnya itu sebanyak dua kali.
“Untuk kronologis singkatnya dia telah melakukan sodomi terhadap santri laki-laki itu pada November lalu, intinya lebih dari dua kali secara berulang,” kata Bustani.