Muhadjir: Saya Kira COVID-19 Virus Tercerdas, Ilmuwan Dibikin Jungkir Balik

15 September 2021 9:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy merasa COVID-19 adalah virus tercerdas yang pernah muncul dalam sejarah dunia kesehatan.
ADVERTISEMENT
Penilaian tersebut dianggap Muhadjir cukup beralasan. Bagaimana tidak, COVID-19 dan mutasinya, kata dia, membuat seluruh dokter bahkan ilmuwan di seluruh dunia kalang kabut.
Seluruh penelitian yang ada dalam dunia kesehatan sebelumnya bahkan dibuat tak mampu untuk menangani virus yang terus berubah karakteristiknya ini.
Menko PMK Muhadjir Effendy saat meninjau vaksinasi di Klinik PKU Muhammadiyah Darussalam Medika, Desa Getassrabi, Kabupaten Kudus. Foto: Humas Kemenko PMK
Hal itu disampaikan Muhadjir dalam Webinar 83 Tahun Sinar Mas bertajuk 'Indonesia Sehat, Ekonomi Bangkit' yang disiarkan di kanal YouTube Sinar Mas pada Selasa (14/9).
"Jadi COVID saya kira virus tercerdas yang pernah lahir di muka bumi ini. Dia bisa membikin orang yang kelihatannya pintar atau sangat pintar jadi agak bodoh. Ilmuwan-ilmuwan dibikin jungkir balik," ujar Muhadjir.
Muhadjir lantas menjelaskan pernyataannya itu. Dia mengatakan sejak COVID masuk ke Indonesia, para ilmuwan kerap kali membuat pemodelan atau bagaimana cara membaca perilaku virus corona. Akan tetapi di awal upaya selalu gagal, meskipun itu dilakukan ilmuwan yang sudah ahli di bidangnya.
Petugas kesehatan membawa pasien menuju ruangan perawatan dari pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/7/2021). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
Sulit diperkirakan karakteristik COVID, kata Muhadjir, membuat pendapat satu ilmuwan dan ilmuwan lain selalu menghasilkan hasil yang berbeda.
ADVERTISEMENT
"Itu Prof Wiku tahu persis itu, bagaimana epidemiolog-epidemiolog bikin model-model mencoba membaca perilaku COVID. Semua hampir bisa dikatakan enggak ada yang persis," ucap Muhadjir.
"Dan semuanya menjadi sangat spekulatif. Karena kalau ada 5 orang ahli, pendapatnya bisa jadi 10. Sehingga tidak ada satu pun pendapat yang final yang bisa dijadikan patokan oleh siapa pun," sambungnya.
Menko PMK Muhadjir Effendy saat meninjau vaksinasi di Klinik PKU Muhammadiyah Darussalam Medika, Desa Getassrabi, Kabupaten Kudus. Foto: Humas Kemenko PMK
Menurutnya, perbedaan pendapat tersebut juga terjadi kala para ilmuwan mencari pengobatan paling tepat untuk meringankan efek virus yang menjangkiti penderita.
"Begitu juga obat. kemudian berapa tesis teori yang diajukan oleh para ahli virologi. Bahkan sampai dokter-dokter hewan yang enggak pernah ngurus penyakit orang pun juga ikut memberikan semacam pernyataan-pernyataan terkait COVID ini," ungkap Muhadjir.
Infografik Mutasi Corona Varian MU Foto: kumparan
Untuk menghadapi situasi serba tak pasti itulah, pemerintah hingga kini pun masih berpegang teguh pada pendapat para ahli soal bagaimana menghadapi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Muhadjir berharap masyarakat dapat memaklumi jika ada peraturan di masa pandemi yang kerap kali berubah. Hal itu menurutnya, untuk mengikuti perkembangan situasi pandemi COVID-19.
"Menghadapi kondisi seperti itu, karena pemerintahnya juga berpegang pada pendapat ahli, para ilmuwan dari perguruan tinggi yang beda-beda," jelasnya.