Muhadjir soal Singapura Larang UAS Masuk: Jaga Lidah sehingga Tidak Diusir

19 Mei 2022 19:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
98
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko PMK Muhadjir Effendy Tinjau Persiapan Mudik Lebaran di Pelabuhan Merak dan Tol Cikampek. Foto: Humas Kemenko PMK
zoom-in-whitePerbesar
Menko PMK Muhadjir Effendy Tinjau Persiapan Mudik Lebaran di Pelabuhan Merak dan Tol Cikampek. Foto: Humas Kemenko PMK
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menko PMK Muhadjir Effendy memberikan tanggapan soal kebijakan Singapura melarang Ustaz Abdul Somad atau UAS masuk ke negaranya pada 16 Mei 2022.
ADVERTISEMENT
Muhadjir mengatakan, ada etika yang harus dijaga dalam hubungan antarnegara.
"Pokoknya begini, hidup bertetangga itu tidak hanya dalam arti rumah ke rumah, antarsesama negara itu juga ada etika, ada tata cara, saling menghormati," kata Muhadjir Effendy menjawab pertanyaan wartawan, dikutip dari Antara, Kamis (19/5).
Eks Mendikbud itu mengatakan hidup bertetangga yang baik perlu didukung dengan komunikasi yang baik.
"Sebaiknya sama dengan bertetanggalah, mulai dari menjaga lidah, menjaga mulut, menjaga tangan sehingga kita bisa hidup enak, kita bisa bertamu ke tetangga juga enak, tidak perlu diusir. Sebaliknya juga begitu, kita menerima tetangga datang juga dengan enak," kata Muhadjir.
Ustaz Abdul Somad (UAS) mengajar di teras. Foto: Instagram/@ustadzabdulsomad_official
Singapura pada Senin (16/5), menolak masuk UAS yang berkunjung bersama keluarganya untuk berlibur.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, Singapura memandang UAS sebagai sosok yang kerap menyebarkan ajaran ekstrem dan menjurus pada perpecahan. Mereka merasa, sentimen seperti itu adalah ancaman terhadap warga Singapura yang multiras dan multiagama.
Salah satunya, ketika Somad disebut berceramah bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi “syahid”.
"Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal "jin kafir (roh/setan)," ucap Kemendagri Singapura.
UAS sempat mempertanyakan tindakan Singapura, apakah pihak Singapura menyimak ceramah-ceramahnya. Secara tersirat, dia menduga ada pihak yang sengaja melaporkan ceramah-ceramahnya ke otoritas Singapura.
Dia juga menegaskan bahwa materi ceramahnya itu untuk menjawab pertanyaan jemaah yang menghadiri pengajiannya di masjid dan untuk kalangan umat Islam saja, bukan di area terbuka dengan hadirin heterogen. Jawabannya pun bertujuan untuk menjelaskan akidah Islam dengan mengutip hadis Nabi Muhammad SAW dan ulama.
ADVERTISEMENT