Muhammadiyah: Butuh Kelegaan Hati Buat Kalender Hijriah Tunggal Global

11 Juli 2024 16:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat di Fisipol UGM, Selasa (23/4). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat di Fisipol UGM, Selasa (23/4). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir bicara soal visi usulan penggunaan kalender hijriah tunggal global. Katanya, ini agar untuk ibadah, umat Islam bisa selalu berbarengan.
ADVERTISEMENT
"Oh iya, jadi pemberian kalender hijriah itu simbol kami untuk bahwa persatuan umat Islam bukan hanya di Indonesia tapi sedunia itu juga harus ditunjukkan oleh pesan dan pemikiran kami Muhammadiyah adanya kalender hijriah global tunggal," kata Haedar usai menerima Grand Syeikh Al-Azhar Kairo Ahmad Thayyib, Kamis (11/7).
Selama ini, di Indonesia beberapa kali terjadi awal Ramadan dan Hari Raya antara Muhammadiyah dan pemerintah. Sebab, ketika Muhammadiyah sudah menentukan menggunakan metode hisab, pemerintah melalui Kemenag masih melakukan sidang isbat.
Haedar berharap, hal seperti itu tidak terjadi. Perlu ada kelegaan dari semua pihak untuk berpikir persatuan.
"Tidak lagi dadakan gitu untuk menentukan. Saya pikir semuanya perlu ketemu, membahas bagaimana pelaksanaan Kongres di Turki itu bisa kita wujudkan. Tapi memang memerlukan kelegaan hati kita semua," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Haedar berharap usul ini diterima demi kepentingan kemaslahatan umat. Ujungnya persatuan.
"Saya pikir ini memerlukan kelapangan hati semua komponen Islam untuk menuju pada satu titik kepastian sekaligus juga persatuan. Karena kan di era ketika dunia makin maju, kemudian segala memerlukan kepastian, termasuk datangnya tanggal bulan baru, tahun baru," tutur dia.
"Sehingga tidak perlu nunggu satu hari atau satu hari sebelum hari A, Tidak lagi dadakan gitu untuk menentukan. Saya pikir semuanya perlu ketemu, membahas bagaimana pelaksanaan Kongres di Turki itu bisa kita wujudkan. Tapi memang memerlukan kelegaan hati kita semua," imbuhnya.
Kata Haedar, sebenarnya ini menjadi keputusan dari pertemuan negara-negara Islam tahun 2016 di Turki. Sehingga dengan kalender hijriah global itu persis seperti kalender masehi.
ADVERTISEMENT
Ia menilai, tidak perlu lagi ada ego dari masing-masing terkait ini. Sebab, Turki sudah menerapkan dan berhasil.
"Hilangkan status quo pikiran kita masing-masing. Muhammadiyah hanya berusaha untuk memberi solusi bahwa kalau kalender global tunggal itu diterima dan ini kan sudah jadi keputusan di Turki."
"Maka saya pikir kita tidak lagi setiap ada Ramadan, kemudian Syawal dan Idul Adha lalu kita terus memperbincangkan soal perbedaan," tuturnya.
"Umat Islam di berbagai dunia tidak akan lagi ada perbedaan-perbedaan tentang kapan memulai hari, tanggal, bulan dan bahkan tahun baru. Termasuk untuk tahun-tahun yang menentukan awal Ramadan, awal Idul Fitri, memulai juga Idul Adha," katanya.
"Karena kan penentuan tanggal-tanggal ibadah itu kan tidak lepas juga dari tanggal-tanggal yang bersifat sehari-hari," imbuh dia.
ADVERTISEMENT