Muhammadiyah Kerja Sama dengan USAID, Perbanyak Screening Kasus TBC

26 Oktober 2021 20:43 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana peluncuran MENTARI-TB Recovery Plan di RS PKU Gamping, Sleman, Selasa (26/10).  Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana peluncuran MENTARI-TB Recovery Plan di RS PKU Gamping, Sleman, Selasa (26/10). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Majelis Pembina Kesehatan Umum Muhammadiyah bekerja sama dengan USAID untuk mendeteksi tuberkulosis atau TBC melalui proyek MENTARI-TB Recovery Plan.
ADVERTISEMENT
Sebab deteksi TBC menurun tajam akibat pandemi COVID-19. Padahal Indonesia sudah menargetkan bebas TBC pada 2030.
"TB turun sekali deteksi kasusnya 2020, sekitar 40-an persen turun. Jadi dari 100 persen target hanya 40 persen. Turun dari tahun sebelumnya yang 60an persen," kata Project Manager MENTARI-TB Recovery Plan, Dr Aldila S Al Arfah saat ditemui di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Selasa (26/10).
"Itu salah satunya analisis kita dapatkan karena pandemi COVID-19 yang memecah konsentrasi teman-teman di rumah sakit," tambah dia.
Aldila menjelaskan saat ini ketika ada pasien masuk dengan gejala batuk, pilek dan demam tenaga kesehatan sudah khawatir mengarah ke virus corona. Padahal, ketika dites negatif, harus dilakukan skrining lanjutan untuk TBC.
ADVERTISEMENT
"Yang lebih kuat itu skrining TB jadi lebih aktif. COVID negatif, bisa lolos. Konkretnya pasien seperti itu selain di skrining COVID di skrining juga untuk TB-nya. Supaya pasien TB yang lolos tidak semakin banyak," jelas dia.
"Karena gejalanya mirip kan sama-sama infeksi di paru-paru. Cuma TB dia kronis, COVID itu akut," bebernya.
Suasana peluncuran MENTARI-TB Recovery Plan di RS PKU Gamping, Sleman, Selasa (26/10). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Kerja sama ini diharapkan bisa mengembalikan kembali kondisi penanganan dan pelaporan TBC di Indonesia. Penanganan TB tidak lagi eksklusif di klinik TB saja tetapi juga di unit-unit lain di rumah sakit.
"Nanti ke depan dibuat menjadi inklusif TB jadi milik bersama ditangani semua unit bisa mendeteksi, itu konkritnya," kata Aldila.
Dalam mendukung percepatan pendeteksian TBC, USAID memberikan bantuan alat kesehatan termasuk X-ray mobile dan alat rontgen yang bisa mobilisasi dengan mudah.
ADVERTISEMENT
"Nanti kalau ada pasien di IGD, alat itu didorong untuk pasien di-rontgen. Ini paru-parunya lebih ke apa, TB atau COVID atau dua-duanya. Kalau dua-duanya pelaksanaan TB bisa disiapkan sejak dini. Itu kurang lebih," katanya.
Program ini akan dijalankan di 48 rumah sakit Muhammadiyah di 9 provinsi di Indonesia. Alat X-ray mobile ini juga akan segera diatribusikan.
"Bisa didistribusikan ke rumah sakit Januari-Februari. Alkes membantu kemampuan rumah sakit menskrining kasus TB," pungkasnya.
Proyek ini berlangsung satu tahun terhitung sejak September 2021. Diharapkan peningkatan penemuan kasus TB dapat mencapai 4.714 kasus selama satu tahun ini.
Project Manager MENTARI-TB Recovery Plan, Dr Aldila S Al Arfah. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sementara Ketua PP Muhammadiyah Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Agus Taufiqurrohman, mengatakan bahwa kesehatan merupakan kebutuhan pokok.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu Muhammadiyah ikut hadir bersama-sama membangun kesehatan bangsa bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka.
"Problem TB salah satu problem yang pendekatannya tidak hanya bisa kita lakukan melalui satu sektor saja, tapi kita perlu bersama-sama pengendalian TB ini," kata Agus.
PP Muhammadiyah menyambut baik kerja sama ini. Diharapkan menjadi langkah besar dalam membangun bangsa dan berkontribusi membantu peradaban dunia.