Muhammadiyah Pakai Kalender Hijriah Tunggal Global, PBNU Tetap Hisab dan Rukyat

10 Juli 2024 16:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU Ulil Abshar Abdallah (Gus Ulil) menjadi salah satu pembicara dalam Forum Religion of Twenty (R20) yang digelar di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11/2022). Foto: Dok. LTN PBNU
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU Ulil Abshar Abdallah (Gus Ulil) menjadi salah satu pembicara dalam Forum Religion of Twenty (R20) yang digelar di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11/2022). Foto: Dok. LTN PBNU
ADVERTISEMENT
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ulil Abshar Abdalla, merespons keputusan PP Muhammadiyah yang menggunakan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) untuk menentukan awal bulan di penanggalan Islam. Ulil menyebut pihaknya akan tetap mengikuti kriteria yang ditetapkan Kemenag dengan kombinasi sistem rukyatul hilal dan hisab.
ADVERTISEMENT
"Kita mendukung memakai sistem yang sekarang ini sudah berjalan itu dijalankan oleh Kemenag dan disetujui juga oleh sebagian besar ormas-ormas Islam yang lain, yaitu penetapan awal bulan dengan dua metode sekaligus, yaitu metode rukyat hilal, melihat bulan dengan cara rukyat. Yang kedua dengan cara hisab," kata Ulil di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (10/6).
Kemenag menggunakan kriteria imkanur rukyat MABIMS (kesepakatan Menteri Agama Brunei Indonesia, Malaysia dan Singapura) dalam menentukan awal bulan hijriah. Kriteria ini memiliki standar ketinggian hilal (bulan sabit tipis) minimal 3 derajat dan sudut elongasi (jarak sudut Matahari dan Bulan) 6,4 derajat.
Pemantauan hilal di Aceh. Foto: Antara/Irwansyah Putra
Meski begitu, Ulil menghormati langkah Muhammadiyah yang menerapkan KHGT. Namun ia memastikan PBNU tetap mengikuti kriteria Kemenag yang sudah berjalan saat ini. Baginya, kriteria yang diterapkan Kemenag sudah berjalan baik dan melanjutkan tradisi dalam Islam yang sudah berlangsung berabad-abad.
ADVERTISEMENT
"Tetapi saya kira secara resmi, secara formal, kita menggunakan metode yang sudah berjalan itu, dan selama ini berlangsung dengan baik dan metode yang dipakai oleh pemerintah Indonesia dalam menentukan awal bulan hijriah ini sebetulnya melanjutkan tradisi dalam islam yang sudah berlangsung berabad abad," ucap dia.
Muhammadiyah telah menerapkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) untuk menggantikan kriteria wujudul hilal dalam menentukan awal bulan Hijriah di penanggalan Islam.
Dikutip di laman resmi Muhammadiyah, konsep KHGT ini digunakan Muhammadiyah dengan mengadopsi 'Kriteria Turki 2016' atau hasil forum Muktamar Kalender Islam Global yang digelar di Turki pada tahun 2016.
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Maskufa menjelaskan pemilihan Kriteria Turki 2016 oleh Muhammadiyah karena dipandang ideal untuk mewujudkan Kalender Islam yang dapat menyatukan umat.
ADVERTISEMENT
"Konsep ini dianggap ideal untuk mewujudkan Kalender Islam pemersatu. Pilihan ini juga didasarkan pada semangat keterbukaan, kebersamaan, dan pencerahan peradaban agar Islam menjadi rahmat bagi alam semesta," ucap Maskufa.