Muhammadiyah soal Kalender Hijriah Global: Biar Rayakan Hari Keagamaan Bersama

11 Juli 2024 17:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu'ti saat menyampaikan ceramah dalam acara Tarhib Ramadan. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu'ti saat menyampaikan ceramah dalam acara Tarhib Ramadan. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
ADVERTISEMENT
Sekum Muhammadiyah Abdul Mu'ti bicara usul pembuatan Kalender Hijriah Tunggal Global. Katanya, ini untuk menjadi panduan umat Islam dalam beribadah dalam bingkai persatuan.
ADVERTISEMENT
"Peristiwa keagamaan yang penting itu umat Islam bisa merayakannya pada hari yang sama. Karena selama ini kan memang kalender itu dibuat masing-masing oleh negara-negara muslim dengan sistem yang berbeda-beda," kata Mu'ti di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/7).
Katanya, semangat Muhammadiyah dalam pengusulan kalender ini untuk beribadah dalam waktu yang sama. Baik dalam penentuan Ramadan, 1 Syawal, 1 Muharram, dan lainnya.
"Bagaimana kita bisa memberikan satu panduan bagi umat Islam dalam beribadah yang long term, bukan yang istilahnya pada momen-momen tertentu. Misalnya kayak di kita kan, menjelang Ramadan ada sidang, menjelang Syawal ada sidang, menjelang ibadah ada sidang," tuturnya.
"Nah dengan kalender global tunggal ini kita sudah bisa memberikan panduan kepada masyarakat," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Mu'ti menambahkan, ini sebenarnya sistemnya tidak jauh berbeda dengan sistem lama yang dipakai Muhammadiyah. Yaitu dengan metode hisab, bedanya ini dipakai global.
Sudah Diterapkan di Turki
Soal kalender hijriah tunggal global, ini sudah diterapkan di Turki. Mu'ti berharap bisa diadaptasi juga di Indonesia.
"Itu mungkin dalam beberapa hal itu mirip ya mirip yang sekarang dikembangkan oleh Turki. Turki itu kan menetapkan kalender hijriah yang itu berlaku untuk semua komunitas Turki di seluruh dunia," tuturnya.
Menurut Mu'ti, di Turki sudah menerapkan ini sejak 2016. Jadi, di mana pun warga Turki, mereka merayakan hari besar bersamaan.
"Jadi kalau misalnya Turki memutuskan Ramadan itu. Katakanlah misalnya tanggal 11 gitu maka seluruh jaringan Turki di mana pun itu akan sama ikutin, padahal mereka berada di negara yang berbeda-beda," jelas dia.
ADVERTISEMENT
"Tentu harapan kita dengan kalender tunggal ini juga bisa seperti itu tapi tidak hanya khusus warga Muhammadiyah," katanya.
Lantas, apakah usul ini akan disampaikan ke pemerintah?
"Sampai sekarang Muhammadiyah belum diundang oleh pemerintah terkait dengan itu. Tapi upaya dialog dengan pemerintah itu untuk tadi. Ya mungkin nanti pada waktunya kalau memang itu diperlukan akan kami sampaikan," katanya.
"Jadi sistemnya begini. Misalnya di Saudi kemarin ya, hari Arafah, dia sudah, maka kalau sudah ada negeri Muslim yang sudah melakukan itu, ya sudah itu berlaku," tutupnya.