Muhammadiyah Tetap Optimistis dengan Niatan Prabowo Memberantas Korupsi

30 Desember 2024 15:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat malam Orasi Penganugerahan Hamengku Buwono IX Award di Bangsal Sri Manganti, Kraton Yogyakarta, Kamis (19/12/2024). Foto: Dok. PP Muhammadiyah
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat malam Orasi Penganugerahan Hamengku Buwono IX Award di Bangsal Sri Manganti, Kraton Yogyakarta, Kamis (19/12/2024). Foto: Dok. PP Muhammadiyah
ADVERTISEMENT
Pemberantasan korupsi menjadi salah satu isu yang menjadi perbincangan masyarakat di tahun 2024. Kiprah Presiden Prabowo untuk memimpin pemberantasan korupsi dinantikan.
ADVERTISEMENT
Terkait langkah Prabowo ini, Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan pandangannya.
"Kita harus optimistis, ya. Kalau Muhammadiyah nggak optimis, siapa lagi yang optimis? Kata "satu hari sebelum kiamat" gitu ya. Nabi mengajarkan ya, tetap tanam kurma," kata Haedar di Kantor PP Muhammadiyah, Senin (30/12).
Namun, baginya optimistis saja tidak cukup. Haedar mengatakan harus terus berbagi kesadaran tentang apa-apa yang perlu dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Termasuk soal mencuatnya isu memberi pengampunan bagi koruptor.
"Mungkin nanti Pak Prabowo akan memberi penjelasan sendiri, ya, apa sih maksudnya pengampunan untuk koruptor seperti apa. Karena mungkin beliau tidak belum menjelaskan secara lengkap ya," katanya.
Haedar mengatakan pihaknya tetap husnuzan atau berbaik sangka kepada Prabowo.
ADVERTISEMENT
"Kalau asumsi husnuzan kita kan tidak mungkin Pak Prabowo seperti itu untuk keseluruhan, mesti ada sesuatu yang exception (pengecualian) gitu ya," katanya.
Di sisi lain, suara masyarakat perlu harus terus dijaga. Maka dari itu Muhammadiyah mendorong dan memberi kontrol terhadap lembaga yudikatif mulai dari pengadilan negeri, pengadilan tinggi, dan Mahkamah Agung.
"Yang mungkin sekarang ini agak luput dari perhatian kita karena lebih banyak ke eksekutif. Bahwa ternyata itulah yang kami sampaikan tadi bahwa perlu political will di semua jalur, karena korupsi ini kan sudah seperti penyakit yang menular," katanya.
Haedar menyampaikan jangan sampai ada perkara-perkara yang diputuskan ganjil.
"Kami sampaikan jangan sampai satu terulang lagi lah bahwa perkara-perkara itu kemudian diputuskan ganjil, itu kan (kasus ganjil korupsi pengelolaan tata niaga komoditas timah), ya. Karena boleh jadi itu tadi ada hal-hal yang di luar itu yang terjadi. Maka kita mendorong untuk eh lembaga yudikatif itu betul-betul menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya," tegasnya.
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri acara puncak perayaan natal yang digelari di Indonesia Arena, GBK, Jakarta Pusat, Sabtu (28/12). Foto: YouTube/Kemkomdigi TV
Penjelasan Prabowo
ADVERTISEMENT
Pada Sabtu (28/12) kemarin, Prabowo menyebut maksudnya bukan untuk memaafkan, tapi meminta koruptor yang sudah tobat untuk mengembalikan uang negara.
“Ada yang mengatakan Prabowo mau memaafkan koruptor. Bukan begitu. Kalau koruptornya sudah tobat, bagaimana tokoh-tokoh Agama? Iya kan? Orang bertobat, bertobat tapi kembalikan dong yang kau curi,” ujarnya di Indonesia Arena, GBK, Jakarta.
“Enak aja. Udah nyolong, aku bertobat. Yang kau curi kau kembalikan. Bukan saya maafkan koruptor, tidak. Saya mau sadarkan mereka,” tambahnya.
Menurutnya, bertobat adalah ajaran agama. Namun, jika sudah bertobat, para koruptor harus tetap kembalikan uang negara sebelum harta mereka dicari oleh pemerintah.