Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri baru Malaysia, Muhyiddin Yassin , menyampaikan pidato perdananya kepada rakyat usai dilantik Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah, pada Minggu (1/3).
ADVERTISEMENT
Dalam pidato yang disiarkan langsung di seluruh televisi di Malaysia, Muhyiddin menjawab tudingan bahwa ia berkhianat, terutama kepada Mahathir Mohamad , hanya demi jabatan PM.
Pemimpin Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) itu menegaskan tak pernah berkhianat kepada siapa pun. Sebab ia menerima jabatan PM untuk menyelamatkan Malaysia dari krisis politik berkepanjangan.
“Saya tahu beberapa orang marah kepada saya. Beberapa pejabat menyebut saya pengkhianat. Dengarkan aku. Saya bukan pengkhianat," ujar Muhyiddin di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Senin (2/3) malam waktu setempat seperti dilansir Bernama.
"Hati nurani saya jelas bahwa keberadaan saya di sini untuk menyelamatkan bangsa dari krisis yang berkepanjangan," lanjutnya.
Muhyiddin menyatakan ia diangkat sebagai PM setelah menerima dukungan mayoritas dari anggota parlemen.
ADVERTISEMENT
“Saya menyadari bahwa penunjukan saya bukan melalui pemilihan. Sebaliknya, saya ditunjuk setelah mendapat dukungan mayoritas dari anggota dewan rakyat," ucapnya.
Menurut Muhyiddin, pengangkatannya sebagai PM merupakan praktik yang diatur Konstitusi Federal sesuai dengan prinsip demokrasi parlementer di Malaysia.
Dalam kesempatan itu, Muhyiddin bercerita bagaimana krisis politik yang mengarah pada penunjukkannya sebagai PM.
Dia mengatakan, krisis dimulai ketika Mahathir Mohamad mundur dari jabatan PM Malaysia pada 24 Februari. Saat itu, kata dia, tidak terbesit keinginannya untuk menjadi PM.
“Saya tidak punya niat untuk berkonfrontasi dengan siapa pun. Saya hanya ingin memberikan sedikit klarifikasi tentang apa yang sebenarnya terjadi," tuturnya.
“Saya tidak menginginkan jabatan perdana menteri. Saya hanya maju untuk menyelamatkan situasi ketika dua kandidat perdana menteri (Mahathir dan Anwar Ibrahim) tidak mendapat dukungan mayoritas dari anggota dewan rakyat, " sambung Muhyiddin.
ADVERTISEMENT
Muhyiddin mengatakan pada awalnya, ia dan seluruh anggota parlemen dari Partai Bersatu memberikan dukungan penuh kepada Mahathir untuk menjadi PM lagi. Namun, kata Muhyiddin, Mahathir gagal mendapatkan dukungan mayoritas dari anggota parlemen lainnya.
"Ini dijelaskan dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Istana Negara pada 28 Februari 2020," kata Muhyiddin.
Sehingga Yang di-Pertuan Agong, ucap Muhyiddin, mengambil keputusan dengan mengundang para ketua partai untuk mencalonkan seorang kandidat yang mendapat kepercayaan mayoritas dari parlemen.
Saat itulah, Muhyiddin dicalonkan sebagai PM oleh anggota parlemen Partai Bersatu dan ketua partai lainnya sehingga mendapatkan dukungan mayoritas.
“Saya meluangkan waktu untuk berpikir mendalam sebelum membuat keputusan. Opsi apa yang saya miliki? Terus mendukung Mahathir yang tidak memiliki dukungan mayoritas atau menerima nominasi untuk perdana menteri?" ucap Muhyiddin.
ADVERTISEMENT
Muhyiddin mengatakan jika ia terus mendukung Mahathir, krisis politik akan berkepanjangan dan parlemen mungkin dibubarkan untuk pemilu.
Sebagai seorang pemimpin, Muhyiddin harus menemukan solusi dan tidak membiarkan krisis berlanjut.
“Karena alasan itulah saya bertemu Tun Dr Mahathir dan memintanya untuk mendukung saya. Pada pertemuan itu, di mana dua pemimpin partai hadir, dia (Mahathir) menyatakan bahwa dia siap untuk melakukannya jika saya mendapat dukungan mayoritas,” ucapnya.
"Dia (Mahathir) menyatakan hal ini dalam media pada 27 Februari 2020," lanjut Muhyiddin.
Muhyiddin mengatakan dengan dukungan itu, ia menerima nominasi untuk menjadi PM.
Dia menyebut sesuai Pasal 43 Konstitusi Federal, Yang di-Pertuan Agong dapat menunjuk seorang PM yang mendapatkan kepercayaan mayoritas parlemen.
ADVERTISEMENT
“Sesuai dengan ketentuan ini, Yang Mulia mengangkat saya sebagai perdana menteri. Itu adalah kebijaksanaan Yang Mulia sebagai Kepala Negara dalam melaksanakan tugas sesuai dengan Konstitusi Federal, ” jelasnya.
Di akhir pidatonya yang berjudul 'Banding untuk Malaysia', Muhyiddin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Mahathir atas pelayanannya yang luar biasa kepada Malaysia.
Muhyiddin kemudian mengakhiri pidatonya dengan sebuah syair Melayu yang menyerukan agar warga Malaysia tetap bersatu.
"Bersatu teguh, bercerai roboh. Bulat air kerana pembentung, bulat manusia kerana muafakat. Ayuh, bersatulah kita demi tanah air tercinta” tutup Muhyiddin.