Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
MUI Bicara Fenomena Islamofobia, Sebut Tindakan Israel di Palestina Ekstrem
17 April 2025 14:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyoroti serius fenomena Islamofobia yang dinilai kian menguat, tidak hanya di negara-negara Barat, tetapi juga mulai tampak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi bertajuk “Islamofobia: Tantangan Dunia Islam” yang digelar di kantor MUI Pusat, Jakarta, Kamis (17/4), MUI memaparkan kompleksitas persoalan ini dan menyerukan langkah konkret lintas sektor untuk menghadapinya.
Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLNKI) MUI Sudarnoto Abdul Hakim, menyebut Islamofobia bukan hanya soal kebencian terhadap Islam dan umat Islam, tetapi juga menjadi persoalan global yang menyentuh ranah politik, hukum, hak asasi manusia, hingga budaya.
“Islamofobia itu memang menggunakan kata Islam. Anti-Islam, anti-umat-Islam. Anti-kehadiran Islam karena alasan-alasan tertentu. Korbannya, ya Islam dan umat Islam. Tetapi sesungguhnya bagi saya, ini bukan saja problemnya sama Islam. Ini problem kita semua. Mau Islam, mau tidak Islam, ini problem kita semua,” ujar Sudarnoto.
ADVERTISEMENT
Ia menekankan Islamofobia memiliki spektrum yang luas, dari isu keamanan nasional, sentimen politik, hingga diskriminasi dalam bantuan kemanusiaan. Bahkan, lanjutnya, fenomena ini telah menyebabkan gangguan hubungan diplomatik antara negara-negara Muslim dan negara-negara tempat Islamofobia tumbuh.
Sudarnoto juga mengidentifikasi lima tipe Islamofobia yang perlu diwaspadai, yaitu cultural Islamophobia, political Islamophobia, theological Islamophobia, humanitarian Islamophobia, dan genocidal Islamophobia.
Ia mencontohkan cultural Islamophobia di Indonesia, seperti adanya film atau buku pelajaran yang merendahkan praktik ibadah umat Islam.
“Beberapa tahun yang lalu sebelum COVID-19 kalau tidak salah, itu ada buku-buku yang diterbitkan dan diberikan endorsement oleh Kementerian Pendidikan ternyata mengandung Islamofobia. Beruntung kemudian ada protes, kemudian ditarik dari peredaran,” ucapnya.
Terkait genocidal Islamophobia, ia menyoroti situasi yang dialami umat Islam di Palestina, Uyghur, dan India. Di Palestina, menurutnya, tindakan ethnic cleansing yang dilakukan oleh IDF (militer Israel) mencerminkan bentuk Islamofobia paling ekstrem.
“Genosida itu bentuknya tidak saja pembunuhan, tapi pengusiran massal, gaya Trump itu adalah salah satu bentuk genosida,” ujar Sudarnoto.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks Indonesia, MUI juga merasa menjadi salah satu korban dari kelompok tertentu yang ingin melemahkan institusi tersebut.
Rekomendasi
Diskusi tersebut turut menghasilkan sejumlah butir rekomendasi terkait permasalahan Islamophobia.
Salah satunya, mendesak pemerintah, DPR, dan berbagai elemen masyarakat untuk menginisiasi undang-undang guna melindungi masyarakat dari ancaman Islamofobia dan fobia terhadap perbedaan lainnya.
MUI juga mengapresiasi inisiatif Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menetapkan 15 Maret sebagai Hari Internasional Melawan Islamofobia dan mendorong Indonesia untuk terus aktif mengambil peran dalam forum internasional guna memerangi intoleransi agama.
Diskusi ini ditutup dengan harapan agar sinergi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan tokoh agama diperkuat untuk menjaga stabilitas sosial dan memelihara kerukunan di tengah masyarakat yang semakin majemuk.
ADVERTISEMENT