MUI Ingatkan Pemudik Ketika Wisata Kuliner Pilih Restoran Bersertifikat Halal

31 Maret 2025 22:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KH Asrorun Niam saat khutbah Salat Jumat di Istiqlal Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
KH Asrorun Niam saat khutbah Salat Jumat di Istiqlal Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Para pemudik diingatkan saat di kampung halaman ketika melakukan wisata kuliner memperhatikan kehalalan makanan. Cek dengan benar apakah restoran itu memiliki sertifikat halal.
ADVERTISEMENT
"Pada saat kita hendak memilih pusat jajanan atau restaurant untuk makan, sementara belum jelas halal-haramnya, belum ada tanda sertifikat halalnya, maka sudah seharusnya kita menghindarinya, sebagai upaya menjaga diri dari yang syubhat," kata Ketua MUI Asrorun Niam dalam Khotbah Idul Fitri di di Masjid Baitul Hasib Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Senin (31/3).
Niam menuturkan jika ada ketidakjelasan mengenai status halal-haramnya, maka untuk kepentingan kehati-hatian, maka perlu dihindari hingga ada kejelasan halal-haramnya.
"Ketika kita menjadikan pusat kuliner menjadi salah satu destinasi untuk bersilaturahmi, tempat bertemu dan menjamu sanak saudara, maka harus dipastikan pusat kuliner tersebut telah jelas kehalalannya," jelasnya.
"Ini bagian dari sifat wara’ yang menjadi elemen penting dalam menjaga integritas diri, agar tidak terjerumus kepada yang dilarang," tambahnya lagi.
ADVERTISEMENT
Idul Fitri Sebuah Inaugurasi
Niam juga menyampaikan, bahwa bulan ramadan menjadi momentum penempaan mental dan spiritual. Diharapkan instrumen ibadah ramadan itu saat Idul Fitri menjelma dalam integritas diri.
"Kita secara pribadi, menjadi pribadi dengan keimanan kuat, keyakinan kokoh, dan hati yang bersih; dalam ucapan dan tindakan, yang senantiasa melahirkan kebaikan bagi sesama. Bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi kepada sesama makhluk ciptaan-Nya," beber Niam.
Ilustrasi makanan di restoran. Foto: Shutterstock
Niam melanjutkan, integritas diri yang dihasilkan dari Ibadah ramadan setidaknya meliputi tiga hal; (i) komitmen menjaga lisan; (ii) komitmen kejujuran dan kedisiplinan; serta (iii) menjaga diri dari yang syubhat dan melanggar etika.
"Yang pertama, Integritas diri dimulai dengan komitmen menjaga lisan kita agar selalu berkata benar, adil, dan tidak menipu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kata Niam, hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesama harus seimbang, tidak boleh timpang.
"Dengan Allah SWT baik, rajin salat dan seluruh ibadah mahdlah terlaksananya secara baik, tapi dengan kerabat, tetangga, ataupun sahabat kurang baik, ini tidak dibenarkan. Puasa kita akan sia-sia sungguh pun kita tunaikan secara baik, seluruh syarat rukunnya kita jaga, jika ternyata kita tidak menjaga lisan dan tindakan kita menyakiti sesama," bebernya.
Niam mengutip hadis nabi,“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan kotor, maka Allah SWT tidak butuh dia meninggalkan makan dan minum”.
"Ini menunjukkan kepada kita bahwa ketika seseorang mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik maka ia akan selamat, baik hidup di dunia maupun di akhirat, dan sebaliknya ketika seseorang tidak mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik, maka hidupnya tidak akan selamat, baik hidup di dunia maupun hidup di akhirat," urai dia.
ADVERTISEMENT