MUI Kritisi Gatot Nurmantyo Soal Salat Jemaah di Masjid di Tengah Wabah Corona

18 Maret 2020 21:22 WIB
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo saat mengunjungi mes pemain Tira-Persikabo. Foto: Dok. Media Tira-Persikabo
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo saat mengunjungi mes pemain Tira-Persikabo. Foto: Dok. Media Tira-Persikabo
ADVERTISEMENT
Di tengah wabah corona yang sedang menjangkit negara-negara di dunia, aktivitas warga di luar rumah pun dibatasi. Termasuk kegiatan ibadah di masjid atau rumah ibadah lainnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun sudah mengeluarkan fatwa terkait hal tersebut, dan membolehkan salat di rumah guna mencegah corona.
ADVERTISEMENT
Namun hal tersebut justru dipersoalkan oleh mantan Panglima TNI, Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo. Melalui unggahan akun instagramnya yang terverifikasi, @nurmantyo_gatot ia mempertanyakan keputusan meninggalkan masjid, sebagai upaya pencegahan corona.
Bahkan ia menyebut, ada fobia memasuki masjid saat virus corona ini mewabah. Menurutnya, seharusnya masjid menjadi tempat berlindung dari segala bahaya dan bencana, dan air wudu sebagai obat penawar penyakit, termasuk corona.
Gatot Nurmantyo Foto: Prabarini Kartika/kumparan
Berikut petikan caption instagram Gatot;
-Untuk Kita Renungkan-
Sepertinya ada yang keliru? Di negeri asalnya covid-19 China, yang penganut paham komunis dan sebagian besar tidak beragama beramai-ramai mendatangi masjid dan belajar Berwudu hingga mengikuti salat berjamaah.
Namun di negeri mayoritas Muslim justru sebaliknya? Mereka beramai-ramai mengaungkan fobia dengan masjid. Seakan-akan masjid sebagai sumber penularan Covid-19? Lalu apakah mal, lift sarana umum, gereja, vihara, temple, klenteng "lebih aman" daripada masjid?
ADVERTISEMENT
(Kita harus belajar pada pengurus gereja, vihara & pura/klenteng itu yang tak pernah ada imbauan untuk larang warganya untuk beribadah di sana). Padahal di sana mereka tidak pernah berwudu? Ada apa ini dan pikiran siapa yang mengajak demikian? Hingga umat Islam lupa bahwa masjid adalah tempat yang Paling aman untuk berlindung dari segala bencana?
Mengapa Umat Islam tidak menggaungkan imbauan "Selalu" menjaga wudu & salat berjamaah? Wa Allahu'alam bii shawab. Semoga Allah SWT menjaga dan memberi petunjuk umat dari segala kekeliruan.
Amin. Yaa Robbal 'Alamiin.
Ayo makmurkan masjid & galakan gerakan salat berjamaah untuk minta pertolongan Allah.
(Jadikan Salat dan sabar sebagai penolongmu!) Virus Corona (covid-19) adalah ciptaan Allah dan yang kena pasti juga atas ketetapan Allah.
ADVERTISEMENT
Sekjen MUI Anwar Abbas memberikan sambutan saat acara penggalangan dana untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron Palestina di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Kamis (1/5). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Pendapat Gatot ini pun dijawab oleh Sekretaris Jenderal MUI, Anwar Abbas. Menurut Anwar masjid adalah tempat yang suci dan mulia, tidak pernah menganggap mesjid itu sarang penyakit dan apalagi mendorong orang untuk fobia kepadanya.
"Yang menjadi masalah adalah adanya virus corona yang menular yang bisa dibawa oleh jemaah yang sudah terkena ke masjid sehingga yang tadinya tidak terkena oleh virus tersebut, karena juga hadir di masjid yang sama maka jemaah yang lain juga menjadi terkena," kata Anwar dihubungi terpisah.
Oleh karena itu lanjut Anwar, kalau ada yang sudah terkena maka dia tidak boleh mendatangi masjid karena sudah jelas-jelas yang bersangkutan secara sadar atau tidak akan bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
"Tetapi masalahnya di sini ada orang yang tidak tahu bahwa dia sudah terkena oleh virus tersebut lalu datang juga ke masjid akibatnya orang lain yang belum terkena juga menjadi terkena," kata Anwar.
"Di sinilah masalah tersebut muncul yaitu bagaimana sikap kita menghadapi masalah ini. Apakah akan membiarkan saja apa yang sudah berlangsung selama ini di mana jemaah silakan saja tetap salat berjamaah dan salat jumat ke masjid atau bagaimana?" ungkap Anwar.
Anwar menerangkan di dalam Al-Quran, kita diingatkan oleh Allah SWT untuk tidak menjatuhkan dan menyeret diri kita ke dalam kebinasaan.
"Pertanyaannya kebinasaan seperti apa yang akan mungkin bisa terjadi ? Dalam masalah perang yang tahu banyak tentang kebiasan yang mungkin terjadi akibat dari suatu perbuatan adalah tentara dan atau jenderalnya. Tapi dalam masalah virus yang tahu akibat buruk yang akan ditimbulkannya adalah dokter dan atau orang yang memang bidang studi dan kajiannya adalah tentang virus," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Itulah sebabnya MUI belum bisa mengeluarkan fatwanya sebelum mendengar penjelasan dari pihak yang kredibel dan kompeten tentang masalah virus ini. Dan setelah itu dilakukan barulah komisi fatwa mengkaji lebih lanjut dan mengeluarkan fatwanya seperti yang sudah beredar tersebut," lanjutnya.
Oleh karena itu kata Anwar kalau ada pihak-pihak yang memang ahli dalam bidang pervirusan dan bisa meyakinkan dunia keilmuan bahwa berkumpul di masjid itu tidak berbahaya maka MUI tentu pasti akan mempertimbangkan fatwa baru.
"Tetapi kalau yang berbicara itu tidak dalam bidangnya ya MUI belum bisa mengkaji ulang tentang fatwanya tersebut karena akan sulit bagi MUI untuk mempertanggung jawabkan fatwanya tersebut kepada Tuhan dan kepada sesama," tutup Anwar.