MUI soal Serangan ISIS-K: Gerakan Jahat yang Mengeksploitasi Keagungan Islam

20 Oktober 2021 11:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Irak merebut wilayah ISIS. Foto: AFP/Ahmad al-Rubaye
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Irak merebut wilayah ISIS. Foto: AFP/Ahmad al-Rubaye
ADVERTISEMENT
Aksi bom bunuh diri yang dilakukan kelompok ISIS-Khurasan atau ISIS-K terus terjadi pasca pasukan Amerika Serikat menarik diri dari Afghanistan pada Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, mengatakan tindakan yang dilakukan ISIS-K karena mereka berharap Afghanistan dapat menolak Taliban. Sebab, ISIS-K dan Taliban adalah kelompok yang berseberangan dengan perjuangan ideologi-politik yang berbeda.
" Karena itu, ISIS dan Thaliban sebenarnya memang berseberangan/bermusuhan. Bagi ISIS yang berbasis di Khurasan, berbagai serangan dan bom bunuh diri kepada siapa saja yang tidak sejalan dengan mereka, apalagi Syiah, haruslah dilakukan. ISIS-K telah merusak makna jihad menjadi serangan, teror, dan pembunuhan. Karena itu, ISIS adalah gerakan kejahatan dengan basis ideologi jahat dengan menggunakan dan mengeksploitasi keagungan Islam," kata Sudarnoto dalam keterangannya, Rabu (20/10).
Ia juga mengatakan, serangan yang dilakukan ISIS-K di tempat ibadah merupakan pelanggaran dan kejahatan berat terhadap hak asasi manusia. Sehingga, menurutnya, tidak berlebihan untuk menyebut ISIS sebagai uncivilized people dan musuh kemanusiaan universal.
Anggota Taliban turun dari kendaraan saat mereka mengunjungi taman hiburan di waduk Qargha Kabul, di pinggiran Kabul, Afghanistan, Sabtu (9/10). Foto: Jorge Silva/REUTERS
"Dalam perspektif hukum Islam, Hifdhun Nafs (menjaga jiwa dan hidup manusia) dan Hifdhud Din (menjaga agama) merupakan prinsip penting yang harus ditegakkan oleh umat Islam sehingga tercipta keteraturan dan kemaslahatan hidup. Dua prinsip ajaran Islam ini tentu sejalan dengan prinsip-prinsip HAM dan sekarang dirusak antara lain oleh ISIS," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara dari sisi politik, serangan ISIS memang dimaksudkan untuk mengganggu stabilitas Afghanistan yang saat ini sedang melakukan konsolidasi membentuk pemerintahan bersama atau pemerintahan inklusif.
Sebetulnya, kemenangan Taliban diharapkan bisa menjadi pintu politik penting membangun sebuah era baru Afghanistan, di mana HAM bisa tegak, keamanan tercipta, pembangunan ekonomi berjalan, sehingga kesejahteraan dan keadilan tercipta, serta kepercayaan internasional terbangun kuat. Agenda ini, kata dia, menjadi hal mendasar bagi Taliban yang kini menduduki Afghanistan.
"ISIS sangat berkepentingan untuk mengacaukan dan merusak agenda tersebut dengan cara menciptakan teror sehingga tercipta satu suasana di mana mereka akan memperoleh ruang yang lebih lebar untuk menguasai Afghanistan. Bisa saja apa yang dilakukan oleh ISIS ini juga didukung oleh kekuatan eksternal," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Karena itu, Taliban saat ini memang harus meningkatkan kewaspadaan paling tidak terhadap dua hal. Pertama, terhadap serangan-serangan ISIS agar warga benar-benar terlindungi. Kedua, terhadap kemungkinan celah intervensi atau skenario luar untuk memperkeruh situasi Afghanistan," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, ISIS-K mengeklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di Masjid Syiah di Kandahar, Afghanistan, pada Jumat (15/10). Akibatnya, 41 warga tewas dan 70 lainnya terluka.
Sebelum serangan pada 15 Oktober lalu, ISIS-K juga melancarkan bom bunuh diri Kota Kunduz, ketika warga Syiah sedang salah Jumat. Insiden itu menewaskan lebih dari 70 orang.