Mundur Akibat Kudeta, Presiden Burkina Faso Kabur ke Luar Negeri

3 Oktober 2022 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Burkina Faso, Paul-Henri Damiba. Foto: Caitlin Ochs/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Burkina Faso, Paul-Henri Damiba. Foto: Caitlin Ochs/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kudeta kembali pecah di Burkina Faso pada Jumat (30/9). Buntut dari peristiwa tersebut Presiden Paul-Henri Damiba memutuskan mundur.
ADVERTISEMENT
Pengunduran diri diserahkan Damiba ke otak kudeta Burkina Faso, Kapten Ibrahim Traore. Dalam keterangannya, Traore menerima pengunduran diri berserta tujuh poin persyaratan dari Damiba sebagai jaminan agar tak ada eskalasi kekerasan.
Traore berdalih kudeta yang dilakukannya dipicu ketidakmampuan Damiba meredam kelompok pemberontak di Burkina Faso. Negara di Afrika ini telah menjadi pusat serangan yang dilakukan oleh kelompok radikal berkaitan dengan Al-Qaeda dan ISIS.
Presiden Burkina Faso, Paul-Henri Damiba. Foto: Luc Gnago/REUTERS
Traore menggunakan alasan yang sama ketika Damiba menggulingkan pemerintahan sipil pada Januari lalu akibat ketidakmampuan mereka mengendalikan kelompok pemberontak.
Al Jazeera melaporkan ketujuh syarat tersebut yang diajukan oleh Presiden Damiba, antara lain: jaminan keamanan bagi sekutunya di militer, jaminan keamanan bagi dirinya, hingga jaminan bahwa mereka yang mengambil alih kekuasaan akan menghormati janji yang dia berikan kepada blok regional Afrika Barat untuk kembali ke pemerintahan sipil paling lambat pada Juli 2024.
Tentara Burkina Faso kehormatan berdiri saat Kolonel-Mayor Gilbert Ouedraogo, Kepala Staf Angkatan Darat yang baru, memberi hormat mengambil alih komando di Ouagadougou, pada 12 Oktober 2021. Foto: OLYMPIA DE MAISMONT / AFP
Setelah menerima syarat tersebut, Traore secara resmi ditunjuk sebagai kepala negara. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Damiba tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Menurut keterangan keluarga terdekat, Damiba kabur dari Burkina Faso pada Minggu (2/10) lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan lainnya Traore mengatakan bahwa ia akan terus bertindak sebagai presiden sampai presiden sipil atau transisi militer ditunjuk dalam waktu dekat.
Lebih lanjut, Traore menjelaskan bahwa ketertiban telah dipulihkan setelah protes keras terhadap Prancis sesaat sebelum faksinya berupaya menggulingkan Presiden Damiba.
"Kami mengundang Anda untuk melanjutkan aktivitas Anda dan menahan diri dari semua tindakan kekerasan dan vandalisme, terutama terhadap kedutaan Prancis dan pangkalan militer Prancis," kata salah satu pasukan militer di faksi Traore.
Prancis dianggap melindungi Damiba di sebuah pangkalan militer Prancis di Afrika Barat. Damiba bahkan dituduh tengah merencanakan serangan balasan.
Sejak saat itu, Kedutaan besar Prancis di Burkina Faso terus diserang. Tidak hanya itu, demonstran anti-Prancis juga berkumpul dan melempari Pusat Kebudayaan Prancis di kota Bobo-Dioulasso.
ADVERTISEMENT
Kementerian Luar Negeri Prancis membantah segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Damiba juga merespons dengan mengatakan bahwa pernyataan Prancis melindunginya adalah manipulasi opini publik yang sengaja dibentuk.

Kelompok faksi Traore desak kerja sama dengan Rusia

Kegagalan Damiba untuk menghentikan kelompok-kelompok pemberontak telah menyebabkan kemarahan dan perpecahan di jajaran angkatan bersenjata.
Reuters melaporkan para prajurit yang menggulingkan Damiba mengatakan bahwa ia telah mengingkari rencana dengan mencari mitra lain dalam mengatasi kelompok pemberontak di Burkina Faso.
Padahal menurut keterangan dari para prajurit, mereka menginginkan kerja sama yang lebih erat dengan Rusia seperti yang dilakukan oleh negara tetangganya Mali pada Agustus 2020.
"Kami menginginkan kerja sama dengan Rusia. Kami menginginkan kepergian Damiba dan Prancis," kata salah seorang pengunjuk rasa, Alassane Thiemtore.
ADVERTISEMENT