Musafir Diberi Kamar Tidur hingga Uang Saku di Masjid Al-Hidayah Kulon Progo

3 Oktober 2024 16:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, baru saja meraih Anugerah Masjid Percontohan dan Ramah (AMPeRa) 2024 Kemenag sebagai juara 2 kategori Masjid Ramah Dhuafa dan Musafir.
ADVERTISEMENT
Masjid ini menyediakan dua kamar dengan empat tempat tidur yang bisa menampung delapan musafir. Para musafir bahkan diberi uang saku oleh masjid.
"Di pagi harinya biasanya kita beri uang saku kalau ada musafir resmi kita beri uang saku Rp 200 ribu," kata Ketua Takmir Masjid Al Hidayah Gunung Gempal, Alip Mulyono, ketika ditemui, Kamis (3/10).
Suasana Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Jumlah musafir yang menginap di masjid yang berada di samping jalan nasional Purworejo-Yogya ini tak menentu, tetapi setidaknya sepekan sekali ada musafir yang menginap.
"Musafir menginap nggak tentu, tapi rata-rata sepekan sekali mesti ada, jarak jauh," katanya.
Alip yang berprofesi sebagai guru ini menceritakan pernah ada musafir yang menginap karena kehabisan bensin. Ketika takmir mengecek ternyata motor tersebut benar-benar tandas bahan bakarnya.
ADVERTISEMENT
"Kebetulan nggak punya uang (musafirnya), ya sudah kita fasilitasi," bebernya.
Tempat Curhat Musafir
Suasana Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Melayani musafir tak hanya mendapat saudara baru. Alip mengatakan para takmir juga seperti jadi tempat curhat para musafir dengan berbagai latar belakang persoalan hidup.
"Jadi tahu masalah musafir itu apa. Misal kenapa pakai motor jelek sekali untuk perjalanan jarak jauh, ternyata ada latar belakang keluarganya begini dan begitu. Ada yang mau cerai atau apa, begitu. Tempat curhatan para musafir," jelasnya.
Persyaratan musafir yang akan menginap di masjid ini tetap harus melapor ke RT RW dan menunjukkan KTP. Hal itu tak lain demi keamanan dan kenyamanan.
Suasana Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Menginap harus, istilahnya KTP-nya ditinggal. Lalu oleh Pak RT sudah di-acc, begitu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lanjutnya, banyak hal-hal yang luar biasa yang dialami masjid dengan memuliakan duafa dan musafir.
"Kami pernah kejadian ada kiriman Rp 30 juta, kok nggak ada yang WA dulu, banyak ini. Dan pengirimnya seorang dan orang lokal, kita kejar (ternyata) orang Sentolo, seorang bidan," katanya.
Suasana Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Takmir masjid mengkonfirmasi bidan tersebut apakah tak salah memasukkan angka. "Kalau salah kami kembalikan, ternyata sampai begitu itu benar (nilainya). Bahkan hari berikutnya ngirim lagi Rp 20 juta," katanya.
Alip berharap Masjid Al-Hidayah ini tak hanya sebagai tempat ibadah saja, tapi bisa terus bermanfaat ke masyarakat.
"Kami punya target kesehatan itu, itu harus dijamin oleh masjid kalau masjid mampu. Satu kesehatan, dua pangan, minimal itu," pungkasnya.
ADVERTISEMENT

Kata Penglaju

Suasana Masjid Al-Hidayah yang berada di Padukuhan Gunung Gempal, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sementara itu, Sukadi salah satu penglaju (komuter) asal Moyudan, Kabupaten Sleman, setiap siang singgah di masjid ini untuk istirahat. Dia sehari-hari bekerja di Kulon Progo.
"Sering ke sini kalau (salat) Zuhur sama (salat) Duha kalau pas jalurnya lewat sini," kata Sukadi.
Keberadaan masjid yang terbuka pada musafir dan penglaju sangat disyukuri Sukadi. Dia tak sungkan untuk merebahkan badan di dalam masjid ini.