Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adapun sejak akhir Oktober lalu, kepemimpinan junta Myanmar telah dihadapkan pada pemberontakan dari tiga kelompok etnis minoritas — ujian terbesarnya sejak kudeta 2021 lalu.
Dikutip dari Reuters, pemberlakuan jam malam itu diumumkan oleh otoritas administratif setempat dalam sebuah dokumen tertanggal 13 November 2023.
"Penduduk Sittwe di Negara Bagian barat Rakhine diperintahkan untuk tidak meninggalkan rumah mereka setelah pukul 21.00 dan pertokoan harus tutup pada pukul 20.30 atau menghadapi tindakan hukum," demikian bunyi pengumuman tersebut, yang telah ditinjau Reuters.
Pengumuman serupa juga diberitakan beberapa media lokal, seperti Narinjara News dan Western News. Namun, hingga berita ini dirilis juru bicara junta belum memberikan komentar lebih lanjut.
Menurut juru bicara Tentara Arakan (AA) — salah satu kelompok anti-junta militer dari etnis minoritas yang telah merebut pos-pos militer di Rathedaung dan Minbya, jam malam ini diberlakukan menyusul konflik yang semakin memanas di penjuru Negara Bagian Rakhine.
ADVERTISEMENT
Salah seorang warga Rathedaung pada Selasa (14/11) mengatakan, daerahnya digempur oleh artileri semalaman dan tentara militer telah dikerahkan memasuki kota tersebut.
"Artileri jatuh di sebuah jalan di kota Rathedaung tadi malam. Belum ada laporan langsung mengenai korban luka atau korban jiwa," jelas dia.
Serangan anti-junta yang terkoordinasi diluncurkan ketiga kelompok pemberontak pada 27 Oktober lalu di Negara Bagian Shan — wilayah perbatasan dengan China. Kala itu, mereka berhasil merebut kendali beberapa kota dan lebih dari 100 pos militer.
Sebelumnya pada awal pekan ini, junta juga memberlakukan jam malam di Negara Bagian Shan.