Nadiem Pamit Sambil Baca Puisi di DPR: Saya Titipkan Merdeka Belajar

11 September 2024 15:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
Mendikbudristek Nadiem Makarim raker dengan Komisi X DPR tentang UKT, Selasa (21/5/2024). Foto: YouTube Komisi X DPR
zoom-in-whitePerbesar
Mendikbudristek Nadiem Makarim raker dengan Komisi X DPR tentang UKT, Selasa (21/5/2024). Foto: YouTube Komisi X DPR
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim berpamitan dengan mitra kerjanya Komisi X DPR RI saat rapat kerja bersama Komisi X DPR RI, Rabu (11/9).
ADVERTISEMENT
Rapat kerja ini merupakan rapat terakhir Nadiem dengan Komisi X DPR RI sebelum Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo demisioner 20 Oktober 2024.
Jika biasanya menteri lain berpamitan dengan membacakan pantun, Nadiem memilih untuk membacakan puisi di ujung pidato perpisahannya.
Puisi ini berisi pesan Nadiem untuk penerusnya agar melanjutkan program Merdeka Belajar yang sudah ia semai selama 5 tahun.
“Bapak dan ibu proses transformasi membutuhkan sabar. Hampir 5 tahun kami sibuk menanam akar baru sekarang bunga perubahan terlihat mekar di tangan anda semua saya titipkan merdeka belajar,” demikian bunyi salah satu bait dalam puisi yang dibacakan Nadiem saat rapat.
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim (kanan) berswafoto menggunakan gawai dalam acara Puncak Perayaan Hari Pendidikan Nasional 2024 di Indonesia Arena, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (3/5/2024). Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Program Merdeka Belajar merupakan salah satu program unggulan Nadiem. Program Merdeka Belajar ini ditujukan untuk siswa SD hingga SMA.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar, program Merdeka Belajar ini membentuk kurikulum berdasarkan soft skill dan pengembangan karakter siswa.
Berikut adalah puisi lengkap yang dibacakan Nadiem:
Zaman dulu murid merasa berat bangun di pagi hari, memakai seragam sekolah terasa tegang di hati.
Karena anak itu tahu sesaat lagi dia akan masuk ruang kelas yang menakuti.
Zaman dulu setiap kesalahan dikenai hukuman setiap pertanyaan dipermalukan.
Relevansi dari ajaran semakin membingungkan, dari hari ke hari ia semakin ketinggalan.
Bukan hanya anak loh yang ketakutan ibu guru pun tak bisa napas mengejar pembelajaran materi ajar serasa kereta tanpa batas kecepatan beban birokrasi membuat guru seperti tahanan.
Tetapi, di dalam hati setiap anak ada mimpi yang tersembunyi keinginan untuk belajar tanpa dihakimi.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan yang kuat bahwa dia punya kompetensi. Keinginan untuk dilihat sebagai manusia mandiri.
Dan setiap guru punya firasat di dalam hati bahwa mereka bahwa mungkin metode kuno sudah tidak relevan lagi.
Bahwa pembelajar sepanjang hayat tidak mungkin bisa diproduksi dengan kekakuan dengan penghafalan dan standardisasi.
Baik anak maupun guru harus diberikan ruang untuk berkreasi berinovasi bahkan untuk berjuang.
Ruang kelas menjadi panggung dan juga peluang untuk menemukan jati diri setiap orang.
Pada hari ini kita semua bergabung untuk melihat apa yang terjadi kalau murid dan guru diberikan panggung untuk membuktikan bahwa kreativitas dan kolaborasi sama pentingnya dengan berhitung karena ini lah resep yang membuat mimpi setiap anak melambung.
Bapak dan ibu proses transformasi membutuhkan sabar. Hampir 5 tahun kami sibuk menanam akar baru sekarang bunga perubahan terlihat mekar di tangan anda semua saya titipkan merdeka belajar.
ADVERTISEMENT