Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Nafendi, dari Bandar Judi ke Bandar Lintah
12 Januari 2017 16:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi beberapa orang, lintah mungkin masih dikenal sebagai hama menjijikkan yang berhabitat di ruang terbuka yang lembab. Namun bagi Nafendi, lintah adalah sumber penghidupan untuk keluarga besarnya.
ADVERTISEMENT
Perantau asal Serang, Banten, ini awalnya berdagang SDSB (sumbangan dana sosial berhadiah), judi yang marak dikenal di tahun 1990-an. Tahun 1993 ia memutuskan untuk berhenti berjualan SDSB hingga akhirnya tahun 1996 ia menemukan buku "Aneka Resep Ramuan Sorga" yang membawanya berdagang lintah hingga sekarang.
"Waktu itu saya baca, saya pikir ini menarik. Alhamdulillah berkah. Mungkin karena niat saya membantu ibadah orang, kan berhubungan itu ibadah. Makanya berkah," ungkapnya saat menjaga lapak sederhana di Jalan Bekasi Barat, Jatinegara, Jakarta Timur, tepatnya di halaman Kafe Virgo saat ditemui kumparan Rabu (11/1).
Tidak hanya menjual lintah hidup dan menyediakan jasa terapi lintah, Nafendi juga menjual minyak lintah, minyak belut, minyak kadal, minyak bulus dan hajar jahanam. Ramuan ini ia pelajari dari buku Aneka Resep Ramuan Sorga.
ADVERTISEMENT
Awalnya ia hanya menjual minyak belut. Ia membeli kepala belut di daerah Kota Tua untuk diolah. Kepala belut pertama-tama ia bakar, kemudian ditumbuk dan dicampur dengan minyak jarak.
Baru di tahun 2000-an ia mulai memproduksi minyak lintah. Lintah yang ia gunakan biasanya dipesan dari Serang, Banten, sejumlah paling tidak 600 ekor setiap bulannya.
"Dulu sih waktu sedang ramai-ramainya, saya pernah punya 15 pegawai. Ada yang tugasnya mencari lintah. Tapi sekarang saya cuma sendiri. Pegawai saya sudah lepas, berdagang lintah dimana-mana. Jadi lintah yang saya peroleh ya, pesan dari orang di kampung," ungkapnya sambil menunjuk beberapa penjual lintah yang ada di Pasar Jatinegara.
Proses pembuatan minyak lintah hampir sama dengan minyak belut. Bedanya, lintah yang ada ia rendam di minyak jarak selama dua bulan hingga melebur dan menjadi minyak lintah. Keduanya memiliki fungsi yang sama, yaitu memperbesar ukuran penis dan mencegah ejakulasi dini pada pria.
ADVERTISEMENT
"Yah, saya kan niatnya ibadah. Bukan buat maksiat. Entah berapa rumah tangga yang menjadi harmonis dengan minyak ini," terangnya.
Dua puluh tahun berdagang, ia tidak segan-segan membagikan ilmunya bagi yang ingin. Bahkan, ia mengklaim. pedagang lintah di Jatinegara sebagian besar awalnya belajar darinya dengan menjadi pegawai.
"Tapi kalau soal kualitas, ya, saya kan punya ilmunya. Bahan-bahan yang saya pakai juga tidak sembarangan. Semuanya asli. Karena niat saya ibadah. Kalau niat saya jelek kan bisa saja saya jual minyak sayur sebagai minyak lintah," ujarnya yang mengaku menjual minyak-minyak tersebut dengan harga 20, 30 dan 50 ribu rupiah tergantung ukurannya.Â
Selain itu ia juga menjual oplosan minyak belut, minyak lintah dan minyak hajar jahanam, dengan harga 80 ribu rupiah. Tidak hanya "obat kuat", Nafendi juga menyediakan minyak bulus dan minyak kadal untuk obat kulit dengan harga yang sama.
ADVERTISEMENT
"Dulu, dibelakang sini ada dokter yang buka praktik terapi lintah. Namanya dokter John. Awalnya saya memasok lintah buat dia, lama-lama dia ngajarin saya," ungkapnya menceritakan asal muasal jasa terapi belut yang juga ia sediakan.
Terapi belut ini biasanya ramai di hari sabtu atau minggu. Ketika ada yang datang untuk terapi, maka orang akan berkerumun untuk menonton. Satu ekor lintah dibanderol dengan harga 10 ribu rupiah dengan tarif terapi sekitar 10 ribu rupiah juga tergantung dari berapa banyak lintah yang digunakan.
"Yah, lumayan lah. Berkat lintah, saya sekarang sudah bisa beli rumah dan macam-macam, juga menghidupi keluarga," aku bapak enam anak yang pernah menikah empat kali ini.Â
Khasiat minyak lintahnya sudah terkenal bahkan sering mendapat pesanan dari luar Jawa. Dalam satu hari, jika sedang sepi ia mampu membawa pulang uang sekitar 300 ribu rupiah. Di hari ramai ia bisa membawa lebih dari satu juta rupiah dalam satu hari.
ADVERTISEMENT
"Dulu waktu saya dagang SDSB juga banyak hasilnya, tapi namanya juga nggak berkah jadi uangnya habis entah kemana. Tapi yang ini, Alhamdulillah, berkah, uangnya habisnya jelas kemana manfaatnya. Mungkin karena niat saya juga ibadah, membantu orang ibadah," tandasnya sambil tertawa kecil, menutup lapak sederhananya yang sudah ia buka dari pukul 10 siang hingga lima sore.