Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Nama Jalan Al Fatih di Turki 3 Kali Lebih Banyak dari Ataturk, Ini Datanya
18 Oktober 2021 17:47 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Rencana perubahan nama salah satu jalan di DKI Jakarta menjadi Mustafa Kemal Ataturk menuai polemik. Nama presiden pertama Turki itu dinilai hanya akan mencederai perasaan umat Islam di Indonesia. Penolakan itu, misalnya, datang dari Wakil Ketua MUI Anwar Abbas.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana mungkin sebuah negara yang bernama Indonesia yang berdasarkan Pancasila di mana sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, lalu pemerintahnya akan menghormati seorang tokoh yang sangat sekuler dan melecehkan agama Islam yang menjadi agama dari mayoritas rakyat di negeri ini,” kata Anwar Abbas dalam keterangannya, Minggu, (17/10).
Mustafa Kemal Ataturk memang bukan orang sembarangan. Dia adalah orang yang menghapuskan sistem kekhalifahan di Turki pada 3 Maret 1924. Dengan aturan ini, sekolah berbasis agama dan pengadilan agama dilarang. Budaya Eropa kemudian diadopsi di negara tersebut.
Dengan cara itu, Ataturk menjadikan wajah Turki sebagai negara sekuler. Agama dan urusan publik ia pisahkan seperti dalam demokrasi di negara-negara barat. Di tangan Ataturk pula, Al-Quran untuk pertama kalinya diterjemahkan dalam bahasa Turki dan kalender Islam diubah menjadi kalender masehi.
Penolakan Anwar Abbas pun dapat dipahami mengingat Ataturk dikenal tak dekat dengan Islam. Fadli Zon hingga PKS pun menyatakan menolak nama Mustafa Kemal Ataturk sebagai nama jalan di Ibu Kota. Mereka justru mengusulkan nama tokoh Turki lain seperti Mehmed Al Fatih sebagai penggantinya.
ADVERTISEMENT
“Jalan Fatih Sultan Mehmet II atau Jalan Muhammad al Fatih pasti diterima mayoritas masyarakat Indonesia," kata Fadli Zon.
Sebagai orang Turki, nama Al Fatih memang lebih populer di Indonesia. Ia merupakan tokoh yang berhasil menaklukkan Konstantinopel di Romawi Timur pada usia 25 tahun. Peristiwa itu terjadi pada 29 Mei 1453. Era kepemimpinan Al Fatih dan Ataturk pun terpaut sekitar 470 tahun.
Ramainya polemik nama jalan itu mendorong kumparan untuk memeriksa nama jalan di Turki saat ini. Sumber data yang digunakan adalah openstreenmaps.org yang diakses pada 18 Oktober 2021.
Sementara itu, metode yang digunakan adalah dengan mengekstrak nama jalan di 10 kota besar Turki dengan cara scrapping menggunakan overpass API. Hasilnya adalah 77.061 nama jalan yang kemudian diolah kembali menggunakan spreadhseet.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan olah data yang kami lakukan, nama Al Fatih di Turki rupanya hampir tiga kali lebih banyak digunakan sebagai nama jalan dibanding nama Ataturk. Total nama jalan yang terkait Ataturk ada 35 dan nama jalan terkait Al Fatih ada 90.
Data juga menunjukkan bahwa nama Al Fatih paling banyak ada di Istanbul, yaitu 27 nama jalan. Nama Mustafa Kemal sendiri hanya mencapai 11 jalan di kota tersebut.
Istanbul memang memiliki memori sejarah yang kuat dengan Al Fatih. Kota terbesar di Turki itu awalnya adalah bernama Konstantinopel yang dikuasai bangsa Romawi. Di tangan Al Fatih, wajah Konstantinopel diubah menjadi begitu Islami.
Hagia Sophia yang awalnya adalah gereja kristen ortodoks disulap oleh Al Fatih menjadi masjid. Namun di era Ataturk, masjid itu diubah menjadi museum. Kini, Hagia Sophia kembali menjadi masjid di tangan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, data di 9 kota besar lainnya pun tak banyak berubah. Nama Al Fatih seringkali lebih banyak dibanding Mustafa Kemal. Hanya ada enam kota dengan jumlah nama jalan yang sama yaitu di Antalya, Konya, mersin, Keyseri, Gaziantep, dan Adana
Nama Ataturk sendiri belum pasti menjadi nama jalan di DKI Jakarta. Sebab, pemerintah Turki hingga saat ini belum memberikan nama. Namun, apabila nama yang disematkan adalah presiden pertama, ya, tak lain adalah Ataturk.
"Pemerintah Turki yang akan menentukan nama jalan tersebut nanti. Kita masih menunggu usulan resmi nama jalan tersebut. Apa pun nama jalan itu nanti, pasti itu mewakili harapan pemimpin dan rakyat Turki," ungkap Dubes RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal saat dihubungi pada Kamis (14/10).
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah Anda setuju apabila Ataturk menjadi nama jalan di DKI Jakarta?
=========
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews