Namanya Muncul di Pandora Papers, Raja Yordania Tegaskan Tak Sembunyikan Apa-apa

5 Oktober 2021 6:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raja Yordania, Abdullah. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Raja Yordania, Abdullah. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Raja Abdullah II dari Yordania mengatakan pada Senin (4/10), dirinya tidak menyembunyikan apa-apa, menyusul bocornya dokumen keuangan yang menunjukkan dirinya menggunakan akun offshore untuk membeli properti-properti di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, istana kerajaan Yordania akhirnya memberikan komentarnya terkait “Pandora Papers” dan munculnya nama Raja Yordania dalam dokumen tersebut.
Dalam Pandora Papers yang dipublikasikan pada Minggu (3/10), Raja Abdullah II dituding menggunakan akun offshore untuk membeli rumah-rumah mewah di Amerika Serikat (AS) dan Inggris senilai lebih dari 100 juta USD (Rp 1,4 triliun).
“Sudah bukan rahasia lagi bahwa Yang Mulia memiliki sejumlah apartemen dan kediaman di Amerika Serikat dan Inggris. Hal ini tidak aneh dan bukan hal yang tidak patut,” ujar istana kerajaan Yordania dalam keterangannya, Senin (4/10).
Dalam keterangan itu, dijelaskan Raja Abdullah II membeli properti itu dengan uangnya sendiri dan tidak ada dana anggaran negara yang digunakan. Sang Raja menggunakan kediaman-kediaman tersebut ketika melakukan lawatan dan terkadang saat melakukan kunjungan pribadi.
ADVERTISEMENT
“Properti-properti ini tidak dipublikasikan akibat masalah keamanan dan privasi, bukan kerahasiaan atau upaya untuk menyembunyikannya, seperti yang diklaim oleh laporan-laporan tersebut,” lanjutnya.
Dalam kunjungan terjadwal Raja Abdullah II untuk menemui pimpinan suku, ia mengecam orang-orang yang mencoba “menabur perselisihan dan mengembangkan keraguan di antara kita.”
Tanpa secara terang-terangan menyebutkan kebocoran data tersebut, Abdullah II mengatakan dirinya tak menyembunyikan apa pun.
Ilustrasi rumah mewah. Foto: Shutter Stock
“Tidak ada satu pun hal yang harus saya sembunyikan dari siapa pun. Tetapi, kita semua lebih kuat dari pada ini dan ini bukanlah kali pertama orang-orang mencoba menargetkan Yordania,” kata Raja Abdullah II.
Bocornya dokumen tersebut terjadi bersamaan dengan meningkatnya rasa kecewa warga Yordania terhadap rajanya. Negara ini telah menyaksikan aksi protes di jalanan untuk menolak kesulitan perekonomian, tingginya angka pengangguran, dan kurangnya progress pada reformasi politik.
ADVERTISEMENT
Oposisi berpendapat, tindakan Raja Abdullah II tidak cukup untuk memberantas korupsi di lembaga-lembaga negara, di mana nepotisme dan pemerintahan yang buruk telah menggoyahkan kepercayaan warga terhadap para pemimpin negara.
“Tudingan apa pun yang mengkaitkan properti pribadi tersebut ke dana rakyat, adalah tidak berdasar dan merupakan upaya disengaja untuk memutarbalikkan fakta,” tegas istana.
Diketahui, investigasi Pandora Papers ini melibatkan 600 jurnalis dari media-media ternama seperti The Washington Post, BBC hingga The Guardian.
Jurnalis yang terlibat pada investigasi Pandora Post mendapatkan data dari 11,9 juta dokumen bocor milik 14 perusahaan jasa keuangan di seluruh dunia.
Dari jutaan dokumen itu muncul 35 nama pemimpin dan eks pemimpin dunia. Mereka diduga menyembunyikan asetnya yang diduga didapat dari hasil korupsi, pencucian uang dan pengemplang pajak.
ADVERTISEMENT
Salah satu nama paling tersohor yang diungkap Pandora Papers adalah Raja Yordania Abdullah II. Dia diduga menciptakan jaringan offshore company dan suaka pajak.