Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Bagi warga di kota besar, khususnya Jakarta, mungkin jarang atau bahkan tidak pernah mendengar istilah dukun manten. Namun, siapa sangka, di tengah tren rias pengantin modern, eksistensi dukun manten keraton masih tetap berjaya.
ADVERTISEMENT
Sebut saja namanya Tari Donolobo. Wanita berusia akhir 60 tahun ini merupakan putri dari dukun manten keraton, Raden Ayu Siti Rochana Donolobo, yang juga merupakan pendiri Himpunan Ahli Seni Tata Rias dan Busana Daerah Yogyakarta, Hastanata, pada tahun 1978.
Bisa dibilang, Siti merupakan salah satu tokoh yang berjasa membawa tradisi rias, upacara adat, dan busana pernikahan Jawa ke luar keraton atas izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dari situlah, Sanggar Rias Sri Renggo Sadono, yang secara harfiah berarti perhiasan yang cemerlang, mulai mengepakkan sayap di luar wilayah keraton.
Hingga, kakak-beradik putri dari Siti, Donatirin Siswadi dan Tari, mengembangkan usaha tersebut hingga Jakarta. Bahkan, kini nama Tari Donolobo seolah menjadi jaminan kualitas dan keaslian adat dukun manten Jawa.
ADVERTISEMENT
"Dulu sering lihat kalau ibu ngasih les atau merias," ujar Tari saat dihubungi kumparan, Rabu (8/11).
Menurut Tari, pada zaman dahulu, banyak ritual yang harus dijalani oleh dukun manten sebelum merias. Salah satunya adalah berpuasa, meski saat ini, hanya beberapa perias saja yang masih melakukannya.
"Soanya, orang buka puasa itu kan biasanya supaya lancar apa yang jadi tugasnya, semuanya lancar. Tapi zaman dulu mungkin tujuannya lain ya, supaya mantennya cantik. Kalau sekarang kan kalau sudah hatinya cantik kan mestinya cantik. Karena sudah dari dalam cantiknya," tutur Tari.
Selain berpuasa, para dukun manten harus menyiapkan berbagai kelengkapan pengantin, seperti busana dan ubo rampe yang pada masanya disebut dengan sesajen. Ubo rampe sendiri, terdiri dari beragam jajanan pasar seperti jenang merah putih, tumpeng robyong, tumpeng gundul dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
"Kalau jenang merah putih itu bermakna agar pengantin selalu ingat kepada kedua orang tuanya. Merah itu kan biasanya dari ibu, putih itu bapak," jelasnya.
Sementara, untuk jenang sendiri bermakna agar mempelai tidak lepas dari keluarga besar setelah menikah nanti. Sementara, tumpeng robyong yang terdiri dari sayur mayur, terong, kacang panjang, telur, dimaknai sebagai doa agar keduanya senantiasa gemah ripah.
"Kacang panjangnya juga ada, supaya panjang rezekinya, panjang umurnya, segala-galanya," tambah Tari yang menjelaskan, Ubo Rambe tersebut nantinya akan diletakkan saat prosesi siraman dan akan dimakan setelah prosesi berakhir.
Jika tidak dihubungkan dengan klenik, menurut Tari, ritual tersebut hanya simbol pesan dari nenek moyang kepada turunannya. Pesan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata tersebut, kemudian diwujudkan dengan berbagai macam barang penuh filosofi.
ADVERTISEMENT
"Tapi, ritualnya sekarang dan dulu sudah beda. Meski, masih ada juga beberapa perias yang menggunakan ritual seperti itu," jelas Tari.
Meski bersaing dengan tren rias pengantin modern, namun jangan harap bisa memesan jasa Tari dalam waktu dekat. Untuk bisa dirias oleh Tari, paling tidak harus membuat janji satu tahun sebelumnya.