NasDem Singgung PDIP: Dulu Megawati Ketemu Prabowo Kami Tak Komentari

2 November 2019 18:16 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) memberikan keterangan pers usai pertemuan tertutup di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) memberikan keterangan pers usai pertemuan tertutup di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertemuan antara Ketum NasDem Surya Paloh dan elite PKS ditanggapi PDIP. Partai berlambang banteng itu mengingatkan terkait etika berkoalisi, karena NasDem bertemu partai oposisi.
ADVERTISEMENT
Pesan dari PDIP itu dikomentari Ketua DPP NasDem Willy Aditya. Dia mempertanyakan mengapa pertemuan NasDem dengan PKS itu dianggap kurang beretika oleh PDIP.
Padahal NasDem tak mempermasalahkan pertemuan Ketum Megawati Soekarnoputri dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto sesaat Pilpres 2019 digelar. Meski, saat itu jelas, Prabowo merupakan lawan dari Jokowi di Pilpres 2019.
"Di mana letak tidak etisnya, toh sebelumnya Bu Mega juga bertemu dengan Pak Prabowo, kami juga tidak mengomentari apa-apa," kata Willy di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (2/11).
Oleh karena itu, ia meminta setiap partai saling menghormati agenda politik masing-masing.
"Jadi prosesnya kita saling respect saja dimana kita punya tugas negara masing-masing," ujarnya.
Pertemuan Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri, 24 Juli 2019. Foto: Dok. Istimewa
Terlebih, kata Willy, setelah pemilu usai koalisi telah melebur. Ia menjelaskan pertemuan partainya dengan PKS justru ingin menunjukkan sikap saling menghormati antara elite partai.
ADVERTISEMENT
"Pemilu 2019 sudah selesai di mana koalisi, sekarang tidak ada lagi koalisi 01 (atau) 02, semua sudah melebur. Kita harus mempertontonkan kepada publik kemudian dalam butir pertama menghormati posisi masing-masing," tutur dia.
Dia menegaskan pertemuan NasDem dengan PKS bukan sebagai bentuk kekecewaan lantaran Gerindra masuk ke pemerintahan. Menurutnya, Surya Paloh hanya mengapresiasi pihak yang ingin menciptakan keseimbangan demokrasi sebagai oposisi.
"Posisinya begini Pak Surya itu menginginkan demokrasi kita diisi oleh orang-orang waras. Apa itu orang-orang waras? Orang-orang yang berakal sehat, apa itu orang-orang yang berakal sehat? Orang-orang yang bisa menempatkan secara proporsional, kapan kita harus kritis dan kapan kita harus totalitas mendukung," tutur Willy.
Ketua DPP NasDem Willy Aditya Foto: WillyAditya.com
Meski begitu, Willy menyatakan NasDem tetap memberikan dukungan totalitas ke pemerintahan Jokowi. Namun jika ada kebijakan kurang tepat tetap akan mengkritisi.
ADVERTISEMENT
"NasDem kepada Pak Jokowi dalam proses dukungan totalitas. Tapi kalau ada hal yang kemudian dianggap melenceng, kemudian NasDem kritis kepada posisi itu. Untuk kemudian di sana Pak Surya selalu mengingatkan politik demokrasi harus dijaga oleh akal sehat dan orang waras," pungkasnya.
Sebelumnya, Wasekjen PDIP Arif Wibowo meminta Partai NasDem untuk menjaga etika berpolitik di dalam koalisi.
"Saya kira dan harapan kita NasDem tetap menjaga etika dalam berkoalisi," kata Arif di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/10).
Usai pertemuan, Surya Paloh juga menyampaikan bahwa partainya tetap akan bersikap kritis kepada pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. PDIP, kata Arif, tak masalah apabila NasDem ingin menyampaikan sikap kritisnya kepada pemerintah. Meskipun, NasDem merupakan bagian dari koalisi pemerintahan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
PDIP berharap NasDem tetap konsisten mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo lima tahun ke depan, meski dengan sikap kritisnya.