Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Nasib Feri Surabaya-Madura Setelah Tol Suramadu Digratiskan
7 November 2018 18:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB

ADVERTISEMENT
Kebijakan penggratisan Tol Jembatan Suramadu atau menjadi jalan non-tol semakin mengikis eksistensi angkutan kapal feri rute dermaga Ujung (Surabaya)-Kamal (Bangkalan, Madura). Meski demikian, PT ASDP Indonesia Ferry yakin Dermaga Ujung-Kamal akan tetap bertahan demi mengusung misi sosial kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Surabaya Rudy B Hanafiah mengungkapkan, pelayanan feri (kapal penyeberangan) tetap tersedia dan berjalan seperti hari biasanya. Kegiatan tetap normal walau penurunan jumlah angkutan penumpang ataupun barang memang sudah terjadi semenjak dibukanya Jembatan Suramadu pada tahun 2009.
"Setelah Suramadu gratis, sebenarnya tidak begitu berpengaruh lagi karena penurunan sudah terjadi pada saat Suramadu beroperasi," terang Rudy saat dihubungi kumparan, Selasa (6/11).
Meski jumlah pengguna jasa kapal feri rute Ujung-Kamal terus tergerus, Rudy yakin tempatnya bekerja akan terus bertahan. Terlebih saat ini pelayaran itu sudah punya segmen konsumen sendiri.
"Kami punya pasar segmented yang setiap hari memanfaatkan pelayanan kami, jadi walaupun berbayar, konsumen tetap memilih kapal sebagai transportasi mereka," ujar Rudy.
ADVERTISEMENT
Rudy menjelaskan, konsumennya saat ini adalah sejumlah kalangan pekerja atau masyarakat komuter (penglaju), meliputi mahasiswa, pekerja, hingga anggota TNI-AL.
"Cukup banyak mahasiswa dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), karena memang cukup dekat dengan dermaga Kamal, Bangkalan, begitu juga anggota TNI AL memilih pulang-pergi menuju markas mereka," ujar Rudy.
Jumlah penumpang yang menggunakan jasa feri sebagai angkutan harian, disebut Rudy, tidak bisa dikatakan banyak. Malah jumlahnya sejak 2011 terus berkurang. Pengguna feri juga hanya ramai pada pagi dan sore hari kerja.
"Biasanya hari kerja, pagi ramai, kemudian sore ramai lagi. Gitu saja rutinitas setiap harinya," tambahnya.
Selain masyarakat Kamal, Rudy memperkirakan ada faktor lain yang membuat ada orang memilih tetap menggunakan feri menuju Madura. Termasuk faktor jalur darat yang dianggap belum baik.
ADVERTISEMENT
"Faktor jalan, kalau jalur darat sudah bagus secara merata, penumpang memilih jalan Suramadu (Kamal belum merata). Kemudian sisi keamanan, malam hari melintas Suramadu masih berisiko. Daripada risiko dibegal atau bensin atau waktu," ujarnya.

Saat ini dermaga Ujung-Kamal hanya mengoperasikan maksimal 3 kapal feri. Untuk jadwal keberangkatan kapal dimulai mukul 06.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB.
"Kami memiliki 3 armada kapal, 2 kapal milik ASDP, 1 kapal milik DLU (Dharma Lautan Utma), Setiap kapal 10 trip atau 20 PP per harinya. Jadi kita bisa punya 60 PP kalau ketiga kapal beroperasi," ujar Rudi.
Adapun tarif penyeberangan, orang Rp 5.000, motor Rp 7.000 dan mobil penumpang Rp 13.500, dan bus Rp 46.000. Lama satu trip perjalanan sekitar 30 menit.
ADVERTISEMENT
"Per hari minimal kami jalan dua kapal. Kami ada 3 kapal, tapi kalau lagi ada perawatan atau docking, ya hanya jalan 2 kapal, satu harus perawatan," imbuhnya.
Rudy memaparkan, ASDP mendukung setiap kebijakan pemerintah, termasuk bebas masuk tol Suramadu. Selain itu, ASDP yang sebagai BUMN tidak hanya mengusung misi bisnis, tapi juga sosial. Maka, lanjut Rudy, bila berbicara bisnis diakuinya ASDP sudah gulung tikar sejak lama.
"Untuk masalah kerugian, hal itu sudah terjadi dari tahun 2010, yaitu sejak beroperasi jembatan Suramadu. Namun kami tetap melayani pengguna jasa karena masih dibutuhkan dan adanya demand. Ini misi sosial kita bagi stakeholder, kalau lihat bisnis sudah dari dulu tutup," tandasnya.
Kembangkan Sisi Wisata Laut
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah dermaga, Rudy menyatakan, Ujung-Kamal tidak bisa lagi mengalami pertumbuhan secara signifikan. Untuk menyiasatinya, ASDP bukan hanya mengutamakan strategi efisiensi armada yang telah dilakukan.
Belakangan ini, ASDP Surabaya mulai serius dalam menggarap cara lain untuk mendatangkan banyak penumpang dan bertambahnya omset, yakni lewat sisi wisata dermaga.
"Kami sedang kembangkannya menjadi wisata. Permintaan sudah banyak kita terima," tandasnya.
Rudy mengakui, sisi wisata dermaga di Ujung-Kamal sudah mulai berjalan meski urung digarap secara maksimal.
"Sering kita sediakan penumpang wisatawan bagi mereka yang ingin jalan sore dan foto-foto di laut dan Suramadu yang eksotis. Ada juga budaya tebar abu atau tebar bunga di laut dari budaya Tionghoa yang kami layani," urai Rudy.

Pihaknya juga sering mendapat permintaan untuk komunitas ataupun pernikahan yang bernilai wisata dan memanfaatkan pemandangan Laut Madura dan ikon Jembatan Suramadu.
ADVERTISEMENT
"Cuma belum dapat kita layani secara maksimal. Karena untuk kapal besar belum bisa masuk lantaran keterbatasan dermaga kami," imbuhnya.
Dari situ, ASDP serius untuk menarik adanya investasi dari luar sekaligus untuk modifikasi dermaga sehingga bisa mendukung dalam sisi wisata laut. Dalam hal ini, Dermaga ujung-Kamal sekaligus hendak bertransformasi menjadi dermaga jarak panjang.
"Kami sudah ajukan proposal pembuatan dermaga long distance. Artinya, tujuan rutenya nanti bukan hanya ke Kamal, tapi bisa ke Lembar, bisa ke Kupang dan banyak kok lintasan lain yang potensial," tambahnya.
"Kita sabar tunggu investasi untuk modifikasi dermaga dan infrastruktur menunjang ataupun tambah kapal. Sebenarnya kami juga kelola Kapal Besar Legundi, tujuan Surabaya - Lembar (Lombok). Hanya dermaga perlu dimodifikasi. Kami ada keseriusan di sana," tandasnya.
ADVERTISEMENT