Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Nasionalisme Jerman yang Tabu dan Kekalahan di Piala Dunia
30 Juni 2018 11:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Nasionalisme di negara Jerman bukanlah hal yang mudah untuk disuarakan. Tidak seperti pendukung Donald Trump yang secara terang-terangan menyerukan slogan “Make America Great Again” atau rakyat Indonesia yang dapat mengungkapkan rasa cinta terhadap tanah airnya, rasa bangga menjadi orang Jerman bukanlah sesuatu yang dihargai di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Tabunya memiliki rasa nasionalisme di Jerman tidak terjadi dalam sekejap mata, melainkan melalui proses sejarah yang panjang yang membawa kita ke masa Perang Dunia (PD) II ketika Nazi dan Adolf Hitler berkuasa di negara tersebut.
Nasionalisme terhadap Jerman adalah sebuah ide nasionalis yang mempromosikan rasa bangga sebagai orang yang memiliki darah Jerman, sebagai bangsa Aryan yang berkulit putih. Namun sayangnya pada masa pemerintahan Hitler, ia menggunakan isu diskriminasi tersebut untuk membasmi orang-orang non-Jerman khususnya orang Yahudi, Polandia, dan Romani di Holocaust pada saat PD II.
Setelah perang dunia berakhir dengan kekalahan Jerman, bangsa Jerman pun mengakui kesalahannya dan merasa malu terhadap rasa nasionalisme yang salah. Usaha penyatuan Eropa yang sudah dilakukan sejak 1951 yang melibatkan Jerman Barat melalui perjanjian Paris adalah suatu usaha bagi orang Jerman untuk mengubah rasa nasionalisme mereka menjadi nasionalisme terhadap Eropa. Rasa nasionalisme tersebut sekarang dimanifestasikan melalui Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Perasaan bersalah tersebut pun juga “diajarkan” di sekolah-sekolah. Buku-buku sejarah sekolah Jerman dilengkapi dengan cerita keji yang dilakukan Jerman selama perang dunia. Pemahaman sejarah tersebut mengajarkan anak-anak kecil tidak memiliki rasa nasionalisme yang salah semenjak usia dini.
Sebaliknya, mereka diajarkan untuk bertoleransi dan terbuka terhadap siapapun. Tidak heran jika sekarang negara Jerman adalah negara Eropa yang paling banyak menerima imigran dan menjadi sasaran utama para pengungsi.
Sikap Jerman inipun pada akhirnya menguntungkan negaranya sendiri. Jerman adalah salah satu negara terkaya di dunia dan paling terdepan dalam berbagai bidang.
Memasang bendera, memakai atribut kenegaraan, mengatakan “Aku Cinta Jerman” secara patriotik bukanlah hal yang biasa dilakukan kalau tidak mau dicap sebagai Nazi. Namun ada momen-momen di mana rasa nasionalisme boleh ditunjukkan di Jerman. Salah satunya adalah pada saat gelaran akbar sepak bola Piala Dunia.
Pada perhelatan kompetisi sepak bola terbesar itu, para pendukung Jerman akan menggunakan berbagai macam atribut yang menandakan negaranya. Mulai dari riasan wajah, baju, dan kalung bunga berwarna bendera Jerman.
ADVERTISEMENT
Bendera-bendera Jerman tampak dipasang di mana-mana, mulai dari kafe sampai di atas bus. Orang-orang Jerman cukup fanatik mengenai sepak bola dan inilah saatnya mereka bisa menunjukkan rasa cinta kepada negaranya.
Sayangnya, pada Piala Dunia 2018 , langkah Jerman harus terhenti pada babak penyisihan grup. Atribut-atribut Jerman mulai berkurang. Sebagai tanda berkabung, bendera Jerman bahkan dipasang setengah tiang di beberapa tempat.