Natal di Kota Kelahiran Yesus: Umat Kristen Berdoa Akhiri Genosida Gaza

25 Desember 2024 10:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pramuka menangis sambil memegang bendera Palestina selama prosesi tradisional Kristen menuju Gereja Kelahiran yang secara tradisional diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, pada Malam Natal di Bethlehem, Selasa (24/12/2024). Foto: Matias Delacroix/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pramuka menangis sambil memegang bendera Palestina selama prosesi tradisional Kristen menuju Gereja Kelahiran yang secara tradisional diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, pada Malam Natal di Bethlehem, Selasa (24/12/2024). Foto: Matias Delacroix/AP Photo
ADVERTISEMENT
Perayaan natal tahun ini menjadi momen penuh keheningan dan doa bagi umat Kristen di Gaza dan Betlehem, dua wilayah Palestina yang dirundung perang.
ADVERTISEMENT
Dalam suasana yang jauh dari keceriaan, para pemeluk agama Kristen di sana memanjatkan harapan akan perdamaian dan akhir dari penderitaan 'genosida' Israel.
Di Gaza, ratusan umat Kristen Palestina berkumpul di gereja untuk merayakan Malam Natal dalam suasana penuh duka.
Dengan serangan Israel yang terus berlanjut, menewaskan lebih dari 45 ribu orang, doa mereka berpusat pada akhir kekerasan yang telah meluluhlantakkan wilayah tersebut.
Sejumlah siswa pramuka membentangkan poster selama prosesi tradisional Kristen menuju Gereja Kelahiran yang secara tradisional diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, pada Malam Natal di Bethlehem, Selasa (24/12/2024). Foto: Matias Delacroix/AP Photo
Di Betlehem, kota kelahiran Yesus Kristus di Tepi Barat yang diduduki Israel, perayaan Natal juga berlangsung dengan suasana muram.
Tanpa pohon Natal atau dekorasi khas, Gereja Kelahiran – tempat suci umat Kristen – mencerminkan situasi regional yang masih mencekam.
Di tengah pawai Pasukan Pramuka Terra Sancta, anak-anak dengan syal merah menyanyikan lagu Natal.
ADVERTISEMENT
Malam Kudus adalah lagu Natal terkenal yang bercerita mengenai malam damai dan sunyi di Betlehem, merujuk pada Natal pertama lebih dari 2.000 tahun silam.
Spanduk yang mereka bawa menyuarakan kesedihan: “Kami ingin hidup, bukan mati” dan “Hentikan genosida Gaza sekarang!”
“Kita akan berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk mengakhiri penderitaan kita, untuk memberikan bagian dunia ini kedamaian yang kita harapkan, kedamaian yang Yesus bawa ke dunia,” kata Wali Kota Betlehem, Anton Salman, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Patriark Latin Pierbattista Pizzaballa, rohaniwan Katolik terkemuka selama prosesi tradisional Kristen menuju Gereja Kelahiran yang secara tradisional diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, pada Malam Natal di Bethlehem, Selasa (24/12/2024). Foto: Matias Delacroix/AP Photo
Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, patriark Latin Yerusalem, menyampaikan pesan harapan meski situasi kelam melanda Palestina. Ia baru saja kembali dari Gaza dan memimpin misa di Bethlehem Peace Center.
“Saya melihat kehancuran, kemiskinan, dan bencana. Namun saya juga melihat kehidupan – mereka tidak menyerah. Jadi, kita pun tidak boleh menyerah,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Kita lebih kuat. Kita milik terang, bukan kegelapan. Tahun depan, mari kita wujudkan pohon Natal terbesar yang pernah ada,” tambahnya seraya berdiri di bawah bendera Palestina.
Perang di Gaza dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat juga membuat para turis asing absen dari Betlehem, yang biasanya ramai oleh pengunjung selama Natal.
Di Gaza, serangan Israel baru-baru ini menghantam kantor Pertahanan Sipil Palestina, menewaskan dua anggota staf dan seorang anak, putra salah satu pekerja darurat.
Para pendeta menunggu Patriark Latin Pierbattista Pizzaballa memasuki Gereja Kelahiran, yang secara tradisional diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, pada Malam Natal, di kota Tepi Barat, Bethlehem, Selasa, 24 Desember 2024. Foto: Matias Delacroix/AP Photo