Nathaniel Veltman, Penabrak Keluarga Muslim Kanada, Dihukum Bui Seumur Hidup

23 Februari 2024 4:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sketsa wajah Nathaniel Veltman selama penampilan pengadilan di London, Ontario, Kanada. Foto: Pam Davies/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sketsa wajah Nathaniel Veltman selama penampilan pengadilan di London, Ontario, Kanada. Foto: Pam Davies/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pengadilan Tinggi Ontario, Kanada, akhirnya memutuskan menjatuhi hukuman penjara seumur hidup kepada Nathaniel Veltman karena membunuh satu keluarga Muslim pada pertengahan 2021 lalu. Keputusan ini dibuat pada persidangan yang digelar pada Kamis (22/2) waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Veltman yang menganut paham supremasi kulit putih itu terbukti melakukan tindakan terorisme dengan membunuh sebuah keluarga Muslim yang sedang jalan-jalan sore. Dilansir AFP, ini adalah kali pertama di Kanada ada keputusan hukum yang mengaitkan antara supremasi kulit putih dan terorisme dalam kasus pembunuhan.
Sebenarnya Veltman yang baru berusia 23 tahun itu sudah divonis bersalah pada November 2023 lalu dan dijatuhi empat dakwaan pembunuhan tingkat pertama atau pembunuhan berencana. Ia juga dijatuhi satu dakwaan percobaan pembunuhan karena berusaha membunuh tiga generasi dalam satu keluarga dan membuat seorang anak menjadi yatim piatu.
Dalam persidangan, Jaksa menilai Veltman dengan sadar berniat mengintidasi dan meneror umat Islam dengan aksinya. Pihak pembela kemudian menyanggah jika saat itu, Veltman sedang mengalami penurunan mental setelah mengonsumsi jamur Psiloybin halusinogen, namun tak bisa membuktikan pengakuan gila tersebut.
ADVERTISEMENT
"Veltman telah merencanakan serangan mematikan itu selama berbulan-bulan, dan akhirnya mengambil sejumlah langkah untuk memastikan ia bisa membunuh sebanyak mungkin Muslim dengan cara sebrutal mungkin," kata Hakim Pengadilan Tinggi Ontario, Renee Pomerance, dilansir AFP, Jumat (23/2).
"Ia ingin mengintimidasi komunitas Muslim. Dia ingin mengikti jejak pembunuh massal lainnya, dan ingin menginspirasi orang lain dengan tindakannya itu. Jadi saya menilai, tindakan pelaku adalah kegiatan terorisme," lanjut Pomerance.

Pertimbangkan Banding

Orang-orang berkumpul di TKP di mana seorang pria mengendarai truk pickup melompati trotoar dan menabrak sebuah keluarga Muslim, di London, Ontario, Kanada (7/6). Foto: Carlos Osorio/REUTERS
Dalam persidangan, juri menemukan bahwa Veltman selama 10 pekan sebelum kejadian telah merancang "manifesto terorisme" di dalam komputernya. Di dalam catatan itu, Vetlman menulis bagaimana ia begitu menjunjung tinggi nasionalisme kulit putih dan kebenciannya terhadap Islam.
Hakim juga mencatat bahwa Veltman telah membeli dan melengkapi dirinya dengan "perlengkapan tempur" saat kejadian. Termasuk dengan mengenakan helm dan rompi antipeluru.
ADVERTISEMENT
Usai persidangan, pengacara Veltman, Chistopher Hicks, menyebut pihaknya tengah mempertimbangkan banding atas hukuman tersebut.

Kilas Balik Insiden

Orang-orang berkumpul di TKP di mana seorang pria mengendarai truk pickup melompati trotoar dan menabrak sebuah keluarga Muslim, di London, Ontario, Kanada (7/6). Foto: Carlos Osorio/REUTERS
Pada Minggu, 6 Juni 2021 lalu, Salman Afzhaal (46), orang Muslim Kanada, sedang berjalan-jalan santai bersama istrinya, Madiha Salman (44), putri mereka, Yumnah (15), orang tua mereka, Talat Afzaal (74), serta anak laki-laki mereka yang masih berusia sembilan tahun. Tiba-tiba saja, Veltman mengendarai mobilnya hingga naik ke trotoar dan menabrak mereka.
Akibat serangan itu, Afzaal, istri, putri, serta orang tuanya tewas di lokasi. Sedangkan anak laki-laki mereka selamat meski menderita luka serius dan kehilangan seluruh anggota keluarganya.
Salah satu anggota keluarga besar Afzaal yang datang ke pangadilan tak bisa lagi mengungkapkan kesedihan mereka. Ia menyebut kematian satu keluarga itu meninggalkan kekosongan dan bekas luka yang tak kunjung sembuh.
ADVERTISEMENT
"Putusan hakim tidak bisa mengembalikan apa yang telah dirampas [oleh Veltman]. Itu tidak akan bisa memperbaiki lagi bagian dari kehidupan kami yang rusak, identitas kami, dan keamanan kami di sini," kata kerabat Afzaal, Tabina Bukhari.
Pembunuhan yang dilakukan Veltman ini adalah serangan anti-Muslim terburuk sejak penyerangan di sebuah masjid di Kota Quebec pada 2017 lalu. Dalam insiden ini, enam orang tewas, dan pelaku penembakan tidak dituduh melakukan terorisme.