NATO Anggap Makin Mesranya Rusia dan China sebagai Ancaman

1 Februari 2023 19:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjawab pertanyaan dari mahasiswa Universitas Keio di Tokyo. Foto: Eugene Hoshiko/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjawab pertanyaan dari mahasiswa Universitas Keio di Tokyo. Foto: Eugene Hoshiko/AP Photo
ADVERTISEMENT
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, memandang hubungan antara Rusia dan China yang semakin dekat menjadi ancaman tidak hanya bagi negara di kawasan Asia, tetapi juga bagi Eropa.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, Stoltenberg pun berupaya untuk mencari lebih banyak mitra serta kerja sama yang lebih dalam untuk NATO di wilayah Asia-Pasifik.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat berbicara di hadapan mahasiswa Universitas Keio di Kota Tokyo, Jepang, pada Rabu (1/2).
Stoltenberg menyinggung soal pemerintah Beijing yang dinilai semakin meningkatkan investasinya di sektor senjata nuklir dan rudal jarak jauh — tanpa ada keterlibatan dalam dialog tentang kontrol senjata atom.
Kekhawatiran atas terjadinya eskalasi konflik dan ancaman regional juga dipicu oleh masih berlangsungnya aktivitas militer China di sekitar Taiwan — kepulauan di Asia-Pasifik yang diklaim Beijing sebagai bagian dari kedaulatannya dan akan direbut suatu saat nanti.
“Fakta bahwa Rusia dan China semakin dekat dan investasi yang signifikan dari China serta kemampuan militer baru yang canggih hanya menggarisbawahi bahwa China merupakan ancaman, dan juga merupakan tantangan bagi sekutu NATO,” tutur Stoltenberg, seperti dikutip dari Associated Press.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjawab pertanyaan dari mahasiswa Universitas Keio di Tokyo. Foto: Eugene Hoshiko/AP Photo
Bos aliansi militer pimpinan Amerika Serikat itu menekankan soal pentingnya menciptakan keamanan regional dan global secara seimbang. Atas dasar itulah, sambung Stoltenberg, dia bermaksud untuk memperluas mitra NATO di kawasan Asia-Pasifik.
ADVERTISEMENT
“NATO perlu memastikan bahwa kami memiliki teman,” ujar Stoltenberg.
“Penting untuk bekerja lebih erat dengan mitra kami di Indo-Pasifik,” imbuhnya, mengacu pada sebutan yang kerap digunakan oleh AS dan Sekutu untuk menyebut kawasan Asia-Pasifik.
Stoltenberg mengatakan, China dan Rusia adalah dua negara otoriter yang bekerja sama melawan tatanan internasional berbasis aturan, terbuka (bebas), dan demokratis.
Meski begitu, dia menggarisbawahi posisi NATO yang tidak menganggap China sebagai musuh dan pihaknya tidak mencari konfrontasi dengan Negeri Tirai Bambu.
Justru, dia menilai NATO akan terus terlibat dengan China untuk menghadapi tantangan global di berbagai bidang yang menjadi kepentingan dan perhatian bersama, contohnya isu perubahan iklim.

Respons China

Pernyataan Stoltenberg yang memandang Beijing sebagai ancaman regional itu ditanggapi secara dingin.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyebut bahwa China sendiri adalah sumber kekuatan untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas regional maupun global.
Mao menyesali pernyataan Stoltenberg yang melabeli China sebagai ancaman serta keputusan untuk memperluas kerja sama militer NATO ke kawasan Asia-Pasifik.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjawab pertanyaan dari mahasiswa Universitas Keio di Tokyo. Foto: Eugene Hoshiko/AP Photo
“NATO terus-menerus berusaha untuk menjangkau di luar zona dan ruang lingkup pertahanan tradisionalnya, memperkuat hubungan militer dan keamanan dengan negara-negara Asia Pasifik, dan membesar-besarkan ancaman China,” kata Mao.
“Saya ingin menekankan bahwa Asia-Pasifik bukanlah medan perang untuk kontes geopolitik dan tidak menerima mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi blok,” imbuhnya.

NATO Perdalam Kerja Sama dengan Jepang

Lebih lanjut, Stoltenberg tiba di Tokyo seusai lawatannya ke Korea Selatan guna menggalang dukungan untuk Ukraina.
ADVERTISEMENT
Dalam mewujudkan misi ‘mencari teman’, Stoltenberg mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sehari sebelumnya, pada Selasa (31/1).
Kedua pejabat itu sepakat untuk meningkatkan kemitraan mereka dalam keamanan di dunia maya, ruang angkasa, pertahanan, dan sebagainya.
Usai bertemu dengan Stoltenberg, Kishida pun mengumumkan rencana Jepang untuk membuka kantor perwakilan di negaranya.
Presiden AS Joe Biden berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida selama pertemuan bilateral di Ruang Oval di Gedung Putih di Washington, AS, Jumat (13/1/2023). Foto: Jonathan Ernst/REUTERS
Sebenarnya, Jepang sudah menjadi sekutu dekat Amerika Serikat. Dalam beberapa tahun terakhir, kedekatan itu kian terlihat melalui berbagai latihan gabungan militer yang dilaksanakan oleh kedua negara.
Tak hanya dengan AS dan negara di kawasan Asia-Pasifik, Jepang juga telah memperluas kerja sama militernya dengan Inggris, Eropa, dan baru-baru ini NATO.
Kebijakan itu diambil sebagai respons atas meningkatnya ancaman keamanan regional dari China dan Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Pihaknya mengantisipasi perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina jika merembet ke kawasan itu dan berdampak ke negaranya. Jepang khawatir, agresi Rusia di Eropa dapat tercermin di kawasan Asia dan itu mulai terlihat dari ketegangan antara China dan Taiwan.
Selain Jepang, NATO juga memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik lainnya, seperti Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan dalam sektor keamanan siber maritim dan lainnya.
NATO juga berkomitmen untuk lebih sering melibatkan para pemimpin atau pejabat tinggi dari negara-negara itu dalam pertemuan NATO lainnya di masa mendatang.