Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
NATO Prediksi Perang Rusia dan Ukraina Tak Akan Segera Berakhir
18 September 2023 17:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski begitu, perdamaian hanya akan bisa terjadi apabila Rusia menyerah dan Ukraina akhirnya memenangi perang yang sudah berlangsung hampir 19 bulan itu.
Dikutip dari CNN, pernyataan tersebut disampaikan oleh Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, dalam wawancara dengan surat kabar Jerman Berliner Morgenpost yang diterbitkan pada Minggu (17/9).
"Sebagian besar perang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan ketika mereka pertama kali dimulai. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri untuk perang yang panjang di Ukraina," kata Stoltenberg.
Eks Perdana Menteri Norwegia itu menambahkan, perdamaian sudah menjadi sesuatu yang sudah dinantikan semua orang.
Namun, kata Stoltenberg, keinginan itu hanya bisa terwujud apabila Rusia menyerah dan Presiden Vladimir Putin menarik pasukannya dari Ukraina.
ADVERTISEMENT
"Kita semua berharap perdamaian cepat terjadi. Namun pada saat yang sama, kita harus menyadari: Jika Presiden Zelensky dan rakyat Ukraina menyerah, negara mereka tidak akan ada lagi. Jika Presiden Putin dan Rusia meletakkan senjata mereka, kita akan memiliki perdamaian," jelas Stoltenberg.
"Cara termudah untuk mengakhiri perang ini adalah jika Putin menarik pasukannya," tambahnya.
Mengenai kemungkinan Putin menginisiasi keterlibatan nuklir dalam perang di Ukraina, Stoltenberg mengaku persiapan NATO atas kemungkinan itu sudah berlangsung.
"Retorika nuklir Putin berbahaya dan kejam, tetapi NATO siap menghadapi setiap ancaman dan tantangan," pungkasnya.
Meski begitu, sambung dia, sejauh ini NATO tidak mendeteksi adanya tanda-tanda bahwa Rusia mengerahkan nuklir di Ukraina.
"Kami mengamati dengan saksama apa yang dilakukan tentara Rusia. Hingga saat ini kami belum melihat adanya perubahan pada kekuatan nuklir Rusia yang akan mendorong kami untuk bereaksi," jelas Stoltenberg.
ADVERTISEMENT
Dikejar Waktu
Pasukan Ukraina dilaporkan memperoleh kemajuan kecil dalam serangan balasan melawan Rusia. Untuk bisa menang pun, menurut para pengamat, ada harga mahal yang perlu dibayar.
Pada Jumat (15/9) pekan lalu, pasukan Ukraina mengumumkan telah merebut kembali sebuah desa di bagian selatan Kota Bakhmut, Desa Andriivka. Pencapaian itu adalah yang pertama kali diumumkan sejak serangan balasan berlangsung beberapa pekan lalu.
Pasukan Ukraina kini seolah sedang dikejar waktu, sebelum musim gugur yang membawa tantangan baru di medan perang kembali tiba dan menghambat pergerakan mereka.
Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, Jenderal Mark Milley, meyakini bahwa Ukraina hanya memiliki waktu enam minggu lagi sebelum perubahan cuaca berdampak buruk pada serangan balasan.
"Masih ada waktu yang cukup, sekitar 30 hingga 45 hari lagi untuk menghadapi cuaca yang buruk," kata Milley kepada BBC.
ADVERTISEMENT
"Setelah itu, lumpur dan hujan kemungkinan akan berdampak pada kemampuan manuver di medan perang," sambung dia.
Kepala Intelijen Militer Ukraina, Kyrylo Budanov, mengaku serangan balasan berlangsung lebih lambat dari yang dia inginkan. Namun, dia memastikan pasukannya siap terus bertempur tanpa menghiraukan cuaca buruk.
"Garis pertahanan Rusia terencana dengan baik dan dipenuhi ranjau, yang membuat situasi di medan perang menjadi rumit," ungkap Budanov.
"Namun, meskipun cuaca dingin adalah kenyataan yang tidak bisa diabaikan oleh militer, pertempuran akan terus berlanjut, serangan balik akan terus berlanjut," tegas dia.