Negara Bagian di Malaysia Akan Pecat Guru Agama Islam yang Tak Mau Divaksin

28 Maret 2022 18:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona Johnson & Johnson. Foto: Lucy Nicholson/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona Johnson & Johnson. Foto: Lucy Nicholson/REUTERS
ADVERTISEMENT
Departemen Agama Islam Selangor (JAIS), Malaysia, pada Senin (28/3/2022) mengatakan, seluruh guru agama yang menolak mendapatkan vaksinasi COVID-19 akan diskors selama dua bulan dan terancam diberhentikan.
ADVERTISEMENT
Direktur Departemen Mohd Shahzihan Ahmad menyatakan, mereka terancam dipecat jika masih menolak untuk menuntaskan vaksinasi setidaknya sebanyak dua dosis selama masa penangguhan.
Langkah itu diambil berdasarkan keputusan Sultan Selangor Sharafuddin Idris Shah. Ia telah mengamanatkan vaksinasi untuk semua guru agama. Pasalnya, para pendidik itu menolak untuk mendapatkan vaksinasi meski telah diperingatkan.
Seorang wanita mengenakan masker dan sarung tangan di dalam kereta Mass Rapid Transit, Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: REUTERS / Lim Huey
"JAIS sudah mengeluarkan surat edaran. Kami telah memberikan banyak peluang. Tapi mereka tidak mau mengikuti, jadi mereka akan diskors selama dua bulan," ujar Ahmad, seperti dikutip dari Channel News Asia.
JAIS telah menyelenggarakan program vaksinasi khusus sejak September 2021. JAIS bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Selangor untuk program tersebut.
Sebanyak 873 ustaz, pencatat nikah, serta pengurus masjid dan panitia diperintahkan hadir untuk agenda itu. Namun, hanya 203 dari mereka yang datang.
Seorang staf bandara mengenakan gelang pada seorang pelancong setibanya di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) di bawah program Jalur Perjalanan Vaksinasi Malaysia-Singapura (VTL). Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Pun 96 orang dari keseluruhan peserta yang hadir menolak untuk divaksinasi. Kondisi demikian membuat penguasa Selangor kecewa.
ADVERTISEMENT
"Yang Mulia berkata, apa yang terjadi sangat mengecewakan karena individu keras kepala tersebut hanya akan mempersulit orang lain, terutama siswa yang menghadiri kelas agama," ungkap Kantor Kerajaan Selangor di Facebook pada 22 September 2021.
Pejabat kerajaan menambahkan, penguasa akan segera memeriksa daftar nama penolak vaksin itu. Selangor kemudian akan memutuskan tindakan apa yang akan diambil terhadap mereka.
Petugas memberikan vaksin corona Sinovac kepada warga di Sabak Bernam, Malaysia. Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
Meski mengalami kendala tersebut, Malaysia akan segera memasuki fase 'Transisi ke Endemik' per 1 April 2022 mendatang. Negara itu berencana membuka kembali perbatasan negaranya untuk orang asing.
Salat di masjid dan ibadah keagamaan di tempat-tempat keagamaan non-Muslim lainnya juga dilaporkan akan diizinkan tanpa pemberlakuan jarak fisik.
Keputusan itu dibuat sebab tingkat vaksinasi yang dinilai tinggi. Sebanyak 97,5 persen populasi orang dewasa di Malaysia telah divaksinasi dua dosis. Sementara itu, 66,4 persen di antara mereka telah menerima suntikan booster.
Seorang pekerja medis mengumpulkan sampel usap dari seorang wanita untuk diuji penyakit COVID-19 di Kuala Lumpur, Malaysia, (11/5). Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
Sedangkan bagi populasi orang Melayu secara spesifik, hanya terdapat kurang dari 50 persen dari populasi yang bersedia menerima suntikan ketiga.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin lantas menyerukan kerja sama kepada seluruh instansi pemerintah pada Februari 2022. Melalui laman Facebook, Jamaluddin menyampaikan perlunya komunikasi yang kuat tentang pentingnya suntikan booster.
Jamaluddin turut mengunggah sebuah tabel data. Gambar itu mengungkapkan, hanya 47,9 persen orang Melayu yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis ketiga mereka.
Di sisi lain, angka untuk populasi orang China mencapai 81,3 persen dan orang India 56,4 persen. Hingga saat ini, Negara Jiran itu dilaporkan telah mencatat lebih dari 4,13 juta kasus COVID-19.
Penulis: Sekar Ayu