Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Netanyahu Pertimbangkan Jeda Singkat Pertempuran di Gaza
7 November 2023 15:49 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Perdana Menteri Israel , Benjamin Netanyahu, mempertimbangkan soal 'jeda singkat' dalam pertempurannya melawan Hamas di Jalur Gaza . Jeda di tengah blokade total dan gempuran tak henti ini hendak dipergunakan sebagai jalur masuk bantuan dan pembebasan sandera.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Netanyahu menegaskan jeda itu tidak sama dengan gencatan senjata — suatu ide yang ditolak Amerika Serikat dan Israel lantaran dinilai hanya bakal menguntungkan Hamas.
Dikutip dari Reuters, pernyataan tersebut disampaikan Netanyahu saat diwawancarai ABC News, pada Senin (6/11). "Sejauh menyangkut jeda singkat taktis — satu jam di sini, satu jam di sana — kami sudah pernah melakukannya," jelasnya.
"Saya kira kami akan memeriksa keadaan untuk memungkinkan barang, barang kemanusiaan masuk, atau sandera kami, sandera individu, untuk pergi," tambah Netanyahu.
Merespons desakan gencatan senjata yang diserukan banyak negara — termasuk PBB, Netanyahu memandang langkah tersebut hanya bakal menghambat upaya perangnya. "Saya rasa tidak akan ada gencatan senjata secara umum," terang Netanyahu.
ADVERTISEMENT
Adapun pasukan zionis Israel semula meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza guna menumpas Hamas beserta infrastrukturnya. Namun, tindakan Israel selama satu bulan sejak perang pecah justru memiliki tujuan lain yaitu melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Lebih lanjut, pada hari yang sama, Netanyahu telah membahas soal sebuah jeda singkat di Jalur Gaza bersama sekutu dekatnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, melalui telepon.
"Presiden Joe Biden membahas jeda semacam itu dan kemungkinan pembebasan sandera, menegaskan kembali dukungannya untuk Israel sambil menekankan bahwa Israel harus melindungi warga sipil," kata Gedung Putih.
Per Senin (6/11), gempuran tanpa henti Israel di Jalur Gaza telah membunuh lebih dari 10.022 warga Palestina — termasuk 4.104 di antaranya adalah anak-anak dan 2.641 wanita. Di sisi lain, jumlah korban tewas di pihak Israel hampir mencapai 1.600 orang.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari banyaknya jumlah korban jiwa, Israel menerapkan blokade total di Jalur Gaza yang menimbulkan hambatan bagi warga untuk memperoleh air bersih, makanan, listrik, dan bahan bakar.
Warga yang terjebak di Jalur Gaza terpaksa memanfaatkan air yang terkontaminasi — itu pun harus mengantre, sehingga ancaman wabah kolera atau penyakit menular lainnya berpotensi besar meningkatkan angka korban jiwa.