Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Netanyahu: Serangan ke Gaza Baru Permulaan, Akan Lebih Banyak Lagi
19 Maret 2025 14:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Serangan udara brutal Israel kembali mengguncang Gaza, mengakhiri jeda dua bulan sejak gencatan senjata diberlakukan per 19 Januari 2025.
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa ini “baru permulaan” dan memperingatkan operasi militer akan terus berlanjut dengan intensitas yang lebih besar.
Lebih 400 orang tewas dalam serangan terbaru sejak Selasa (18/3) dini hari.
Netanyahu menyalahkan Hamas atas gagalnya negosiasi pembebasan sandera. Ia pun menekankan perundingan di masa depan hanya akan berlangsung “di bawah tembakan”.
Serangan ini menghancurkan rumah-rumah dan kamp pengungsian dari utara hingga selatan Gaza.
Mengutip Reuters, saksi mata menyebut rudal menghantam Kota Gaza, sementara tank-tank Israel menembaki wilayah perbatasan.
Otoritas kesehatan Palestina melaporkan 408 korban tewas dalam sehari, menjadikannya salah satu hari paling mematikan sejak perang pecah.
Perintah Evakuasi dan Krisis Kemanusiaan
Militer Israel memerintahkan warga di Beit Hanoun, Gaza utara, dan Khan Younis, Gaza selatan, untuk mengungsi dari “zona pertempuran berbahaya”.
ADVERTISEMENT
Ribuan orang meninggalkan rumah mereka, berjalan kaki, mengendarai mobil, atau becak dengan barang-barang seadanya.
Gencatan senjata yang telah memberikan jeda bagi 2,3 juta penduduk Gaza kini runtuh.
Bantuan kemanusiaan pun terhenti selama lebih dari dua minggu, memperburuk krisis yang sudah parah.
Koordinator bantuan darurat PBB, Tom Fletcher, mengatakan “keuntungan sederhana” dari gencatan senjata telah hancur.
Mesir dan Qatar, mediator utama, mengutuk serangan Israel. Uni Eropa menyatakan penyesalan atas kegagalan gencatan senjata, sementara AS kembali membela sekutunya itu.
Pejabat AS di PBB, Dorothy Shea, juga menuding “kesalahan sepenuhnya berada di tangan Hamas”.
Tekanan Militer vs Pembebasan Sandera
Mantan sandera dan keluarga korban mengkritik dimulainya kembali perang. Yarden Bibas, yang istri dan anak-anaknya tewas saat ditawan, mengatakan di Facebook bahwa tekanan militer justru membahayakan para sandera.
ADVERTISEMENT
Di Gaza, rumah sakit kewalahan menerima korban. Tumpukan mayat berlumuran darah ditumpuk di bawah lembaran plastik putih.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa sebagian besar korban adalah anak-anak, dengan 562 orang terluka.