Netanyahu Tolak Gencatan Senjata, Hizbullah Ancam Perluas Serangan ke Israel

16 Oktober 2024 14:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melambaikan tangan saat berbicara dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-79 di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City pada 27 September 2024. Foto: Charly Triballeau/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melambaikan tangan saat berbicara dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-79 di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City pada 27 September 2024. Foto: Charly Triballeau/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (15/10) menolak gencatan senjata di Lebanon. Dia mengatakan gencatan senjata malah membuat Hizbullah—kelompok politik dan militer berpengaruh di Lebanon— semakin dekat dengan perbatasan utara negaranya.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Netanyahu disampaikan setelah Amerika Serikat (AS) mengkritik serangan Israel ke Lebanon. AS menyoroti tindakan Israel membombardir Ibu Kota Beirut.
Peta Palestina, Lebanon, dan Israel. Foto: Dimitrios Karamitros/Shutterstock
Netanyahu memastikan penolakan terhadap gencatan senjata saat berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat telepon.
"Kami menolak gencatan senjata unilateral, yang tak akan membawa perubahan situasi keamanan di Lebanon dan malah membuat kondisi kembali seperti semula," ucap kantor PM Israel, seperti dikutip dari AFP.
Netanyahu menyebut, yang harus dilakukan adalah membentuk zona tanpa adanya pasukan Hizbullah di perbatasan Israel dan Lebanon.
"PM menegaskan Israel akan sepakat dengan kesepakatan yang tidak menyediakan itu dan tidak menghentikan Hizbullah untuk kembali mendapat senjata dan menyusun kembali pasukan," sambung kantor PM Israel.
Warga berdiri di dekat rumah yang terkena dampak jatuhnya proyektil di Haifa, Israel utara, Senin (7/10/2024). Foto: Shir Torem/REUTERS
Adapun deputi pemimpin Hizbullah menyatakan, satu-satu solusi adalah gencatan senjata. Saat bersamaan dirinya mengancam memperluas area serangan Hizbullah ke Israel.
ADVERTISEMENT
"Sejak musuh Israel menargetkan seluruh Lebanon, kami punya hak dari posisi pertahanan untuk menargetkan semua tempat," kata Qassem.
Sampai Rabu (16/10) ketegangan antara Hizbullah dan Israel masih berlanjut. Israel bahkan kembali menyerbu Beirut kendati Amerika Serikat menyatakan penolakan.
Hizbullah berdiri pada 1982 untuk melawan Israel yang menginvasi Lebanon. Seiring waktu, Hizbullah yang didukung Iran menjadi kekuatan signifikan di Lebanon.