Nevertoolavish: Berawal Seniman Jalanan, Kini Mendesain Jaket Jokowi

10 April 2018 16:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bernhard dan Azka Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bernhard dan Azka Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
ADVERTISEMENT
Brand Nevertoolavish mendadak viral setelah membuat desain 'Indonesia' di jaket jeans milik Presiden Joko Widodo. Nevertoolavish beranggotakan sembilan orang seniman yang memang memiliki hobi graffiti.
ADVERTISEMENT
Lead Artist Nevertoolavish, Bernhard Suryaningrat, menjelaskan Nevertoolavish adalah wadah bagi para anggotanya untuk berkreasi dengan media yang legal. Sebab sebelumnya mereka kerap menggambar graffiti di pinggir jalan dan di tempat umum sehingga kerap dianggap sebagai vandal.
"Sebenarnya dulu tuh melakukan itu. Cuma mungkin karena sekarang saja sudah ada wadahnya, saya bisa gambar di media yang emang legal dan bisa menghasilkan," ujar Bernhard kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (10/4).
Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
Bernhard yang memiliki nama populer 'Hardthirteen', mengaku sudah menggemari graffiti sejak 2005 saat dirinya masih duduk di bangku sekolah. Dia kerap menyalurkan hobinya itu dengan menggambar di tembok-tembok pinggir jalan, bahkan di rumah warga. Dia juga mengaku pernah ditangkap polisi karena ulah vandalnya tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain Bernhard, teman-temannya juga kerap melakukan hal serupa. Mereka yang berasal dari Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Kalimantan Barat, juga sebelumnya beraksi di jalanan.
Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
Namun menurutnya, saat ini banyak warga yang sudah melek dengan seni graffiti. Mereka kerap diundang untuk menggambar di tembok-tembok rumah warga, hingga fasilitas umum dan dibayar. Sehingga apa yang mereka lakukan kini bukan lagi vandalisme, namun justru menjadi karya seni.
"Berbeda jika mereka melakukan grafiti di tempat-tempat yang memanng tidak seharusnya. Di tempat wisata, lalu di prasasti, tempat-tempat bersejarah, itu kan udah enggak proper. Seniman grafiti yang sesungguhnya tidak seperti itu," ujarnya.
Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nevertoolavish (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
Bernhard juga berpesan kepada para seniman yang menggeluti bisnis serupa untuk menurunkan egonya.
ADVERTISEMENT
"Ya kan saya di sini bersama teman-teman memberikan contoh, kalau mungkin dengan kita berkarya lebih terarah, kayak kalian bisa menjadi sesuatu dan mendapat sesuatu. Cuma kalau untuk bisa dibilang seniman itu harus gini-gini enggak bisa, gitu," tuturnya.