Ngabalin Sentil Hasto yang Kritik Jokowi dan Gibran: Coba Lebih Keras Sedikit

1 April 2024 16:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (13/9/2022). Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (13/9/2022). Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto melayangkan kritik kepada Presiden Jokowi. Hasto mengaku partainya khilaf mengusung Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, di Pilwalkot Solo 2020.
ADVERTISEMENT
Hasto menyebut, PDIP mendukung Gibran karena melihat kinerja Jokowi yang baik. Namun, kinerja tersebut malah menghasilkan utang negara membengkak.
Soal itu, Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin menanggapi santai.
"Hasto, Hasto. Oke. Ya, Hasto, oke, tidak apa-apa, bagus saja. [Coba kritik] agak keras sedikit lagi," kata Ngabalin di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (1/4).
Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Hasto Kristiyanto berbicara kepada wartawan pada konferensi pers di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Kamis (1/2/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ngabalin memberi sinyal enggan mengomentari Hasto karena apa yang disampaikan Hasto kurang 'keras'.
"Yang lebih keras biar abang bisa kasih jawaban yang bener. Kalau ketemu bilang, ya, Hasto agak keras sedikit," pungkasnya.
Sebelumnya, Hasto mengatakan PDIP mencalonkan Gibran karena mengakui kemajuan yang dilakukan Jokowi. Namun, kemajuan itu malah menimbulkan beban utang yang sangat besar.
"Utang kita, utang pemerintah, itu hampir mencapai 196 miliar USD, ternyata utang swasta dan BUMN itu hampir mencapai 220 miliar USD. Ketika ini digabung, maka ke depan kita bisa mengalami suatu persoalan yang sangat serius," kata Hasto, Sabtu (30/3).
ADVERTISEMENT
"Nah, di tengah-tengah persoalan ini, nepotisme ini justru semakin menguat. Kita lihat, nepotisme itu kita lihat ternyata justru semakin telanjang di depan mata kita. Misalnya sekretaris Pak Jokowi, Devid, dicalonkan sebagai calon bupati di Boyolali. Itu, kan, akan merebut basis dari PDI Perjuangan yang selama ini membesarkan," ujarnya.