Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan gabungan yang dirilis pada Minggu (28/1), mereka menuding bahwa ECOWAS telah membawa ancaman bagi anggotanya karena beroperasi di bawah pengaruh kekuatan asing, sekaligus tidak lagi menjunjung perjuangan yang sama.
"Niger, Mali, dan Burkina Faso dengan penuh kebijaksanaan telah memutuskan untuk keluar dari ECOWAS dalam waktu dekat," bunyi pernyataan gabungan itu, seperti dikutip dari Al Jazeera.
"ECOWAS di bawah pengaruh kekuatan asing, mengkhianati prinsip-prinsip pendiriannya, telah menjadi ancaman bagi negara-negara anggotanya dan penduduknya," imbuhnya.
Niger, Mali, dan Burkina Faso menuding ECOWAS gagal mendukung perjuangan mereka melawan terorisme dan rasa ketidakamanan di kawasan. Sebaliknya, sambung mereka, ECOWAS justru menjatuhkan sanksi yang dianggap tidak bertanggung jawab, tidak sah, ilegal, dan tidak manusiawi.
ADVERTISEMENT
Meski memutuskan keluar dari ECOWAS, tetapi di akhir pernyataan ketiga negara itu menyatakan akan tetap terbuka untuk mengatasi kebuntuan politik itu.
"Burkina Faso, Niger, dan Mali tetap menjadi anggota penting Komunitas dan Otoritas tetap berkomitmen untuk menemukan solusi yang dinegosiasikan untuk kebuntuan politik," demikian pernyataan gabungan tersebut.
ECOWAS dan Tantangan Kudeta Militer
Dipandang luas sebagai otoritas politik dan regional tertinggi di Afrika Barat, ECOWAS yang beranggotakan 15 negara ini dibentuk pada 1975 untuk mempromosikan integrasi ekonomi di kalangan negara-negara anggotanya.
Namun, ECOWAS dalam beberapa tahun terakhir diterjang tantangan untuk mengembalikan demokrasi di tengah merajalelanya kudeta militer di negara Afrika Barat. Kudeta militer terjadi di Mali pada 2020 dan 2021, di Burkina Faso pada 2022, dan terbaru di Niger pada 2023.
Adapun pergolakan terjadi menyusul kefrustrasian warga yang tinggal di negara dengan sumber daya alam melimpah — tetapi terus dilanda kemiskinan lantaran kekayaan alam mereka dieksploitasi oleh Barat dan mereka tidak merasakan manfaat dari kekayaan alam itu sendiri.
ADVERTISEMENT
ECOWAS, pada gilirannya, bereaksi keras terhadap kudeta militer ini — menangguhkan keanggotaan Mali, Burkina Faso, dan Niger, dari blok regional tersebut. Selain itu, ECOWAS juga menjatuhkan sanksi berat terhadap Niger dan Mali.
Pada Jumat (26/1), Niger dilaporkan telah mencoba memperbaiki hubungan dengan ECOWAS dan mengundang perwakilannya ke Ibu Kota Niamey. Namun, hanya perwakilan dari Togo yang menghadiri undangan dari Niger.
"Ada iktikad buruk di dalam organisasi ini [ECOWAS]," keluh Perdana Menteri Niger yang ditunjuk militer, Ali Mahaman Lamine Zeine.
Sebelumnya, Mali, Burkina Faso, dan Niger telah menghentikan kerja sama militer dengan negara yang pernah menjajah mereka dan punya kehadiran kuat di kawasan Sahel, Prancis. Pasukan Prancis kemudian ditarik mundur dari ketiga negara tersebut setelah kudeta terjadi.
ADVERTISEMENT