Nikah Beda Agama Ternyata Paling Banyak Terjadi di Surakarta, Kok Bisa?

16 September 2022 16:53 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kota Surakarta. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kota Surakarta. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernikahan beda agama tengah menuai perhatian publik. Permohonan pencatatan sipil di pengadilan pun terus muncul dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelusuran kumparan di situs Direktori Putusan MA, ada 73 salinan putusan tentang pernikahan beda agama yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengadilan mencatat bahwa permohonan pencatatan sipil terjadi sejak tahun 2007.
Nah, Surakarta rupanya menjadi kota yang masyarakatnya paling banyak mengajukan permohonan itu. Bahkan permohonan pencatatan sipil di Pengadilan Negeri (PN) Surakarta pada tahun 2007 juga sekaligus merupakan yang pertama di Indonesia.
Jadi, 37 dari 73 putusan hakim terkait pernikahan beda agama di Indonesia ada di PN Surakarta. Ini berarti 50,7 persen kasus pernikahan beda agama yang dibawa ke pengadilan terjadi di wilayah seluas 44 kilometer persegi itu.
Banyaknya salinan putusan di Surakarta praktis membuat Jawa Tengah menjadi provinsi dengan pernikahan beda agama terbanyak nasional, yaitu 46 kasus. Diikuti oleh Jawa Timur yaitu 8 kasus.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2014, PN Surakarta mengabulkan 7 permohonan. Tahun itu jadi tahun yang paling banyak memutus kasus pernikahan beda agama. Disusul tahun 2019, PN Surakarta mengabulkan sebanyak 6 permohonan.
Pada tahun 2021 dan 2022, belum ada permohonan pencatatan sipil di PN Surakarta. Permohonan justru lebih banyak dilakukan di PN Jaksel pada tahun ini.
Apabila dilihat dari agama pasangan yang menikah, pasangan Islam-Kristen menjadi yang paling banyak, porsinya mencapai 68 persen. Diikuti oleh Islam-Katolik, yaitu 30 persen.
Lantas, kenapa Surakarta jadi kota yang paling banyak mengajukan permohonan pencatatan sipil atas pernikahan beda agama?

Jejak Perkembangan Agama di Surakarta

Surakarta adalah kota yang plural dalam hal agama. Di kota ini, masyarakatnya memeluk berbagai agama. Mulai dari Islam, Kristen Katolik, Protestan, Buddha, Hindu, Konghuchu dan kepercayaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Disadmindukcapil Surakarta Agustus 2022, pemeluk agama Islam di kota ini merupakan yang paling banyak. Pemeluk agama itu berjumlah 458.660 (79,1%), disusul Kristen dengan jumlah 78.873 pemeluk (13,6%) , dan Katolik sebanyak 39.909 (6,89%).
Keberadaan umat Islam di Surakarta dapat dilacak dari kerajaan Mataram Islam. Pada tahun 1755, kerajaan Mataram Islam membagi wilayahnya menjadi dua bagian, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Pembagian wilayah itu tak lepas dari perjanjian Giyanti.
Di bawah Kasunanan Surakarta, tepatnya pada era Sunan Pakubuwono III, berdiri sebuah Masjid Agung di atas lahan seluas 19.180 meter persegi. Masjid itu dibangun pada 1763 dan selesai pada 1768. Islam pun semakin menyebar di sana.
Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengarak gunungan menuju Masjid Agung pada perayaan Grebeg Sekaten 2019 di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (9/11). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Sejarah kemudian mencatat bahwa Belanda datang ke Indonesia membawa agama kristiani. Katolik pun lebih dulu datang dengan adanya Gereja Katolik St. Antonius Purbayan. Berdasarkan situs Pemkot Surakarta, gereja itu merupakan gereja tertua di Kota Surakarta yang masih berfungsi secara baik sampai saat ini. Gereja itu didirikan pada tahun 1905 dengan gaya arsitektur barat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, keberadaan umat kristen di Surakarta sendiri tak lepas dari keberadaan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan. Gereja yang terletak di Jalan Mongosidi itu menjadi saksi bisu akan perkembangan kristen di wilayah tersebut.
Berdasarkan situs Kemendikbud, Gereja GKJ Margoyudan didirikan pada tahun 1916 lalu. Perkembangannya dirintis melalui kegiatan rohani Kristen yang awalnya berada di bangunan milik seorang Belanda bernama Stegerhoek yang berupa bengkel kerja. Gereja itu pun mulai dibuka untuk umum pada 1921.
Keberadaan GKJ Margoyudan akhirnya mengilhami perkembangan Komunitas Kristen Jawa di Kota Surakarta maupun daerah di luar kota. Wilayah yang terilhami antara lain Sragen, Wonogiri, Delanggu, Kartasura, dan Karanganyar.

Dinobatkan Jadi Kota Toleran

Berdasarkan data BPS 2020, kini tempat ibadah di Kota Surakarta ada 877. Angka ini terdiri dari, 665 mesjid/musala, 192 gereja kristen, 6 gereja katolik, 12 vihara, dan 2 pura.
ADVERTISEMENT
Hidup berdampingan dalam perbedaan keyakinan di Kota Surakarta pun bukanlah barang baru. Salah satu buktinya adalah keberadaan Masjid Al Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan yang dibangun berdampingan di Jalan Gatot Subroto Nomor 222 Kratonan.
Dua tempat ibadah itu sudah ada puluhan tahun silam tanpa ada benturan sedikit pun. Bahkan masing-masing saling membantu. Simbol merayakan perbedaan ini persis seperti Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang dibangun berdampingan di Jakarta Pusat.
Umat Islam melaksanakan salat Idul Idha 1443 H di halaman Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Solo, Jawa Tengah, Sabtu (9/7/2022). Foto: Maulana Surya/ANTARA FOTO
Pada April 2022 lalu, Surakarta masuk dalam daftar 10 besar kota paling toleran di Indonesia yang diterbitkan Setara Institute. Dalam Laporan Indeks Kota Toleran (IKT) Indonesia, Solo menduduki peringkat 9 dari 94 kota yang menjadi objek kajian Setara Institute. Penelitiannya sendiri dilakukan pada 2021.
ADVERTISEMENT
Selain Surakarta, 9 kota/kabupaten paling toleran lain adalah Singkawang, Manado, Salatiga, Kupang, Tomohon, Magelang, Ambon, Bekasi dan Kediri.
Penilaian itu didasarkan 4 variabel, yaitu regulasi pemerintah daerah seperti RPJMD, tindakan pemerintah dalam mengatasi suatu hal, regulasi sosial dan demografi agama.
Reporter: Cut Salma dan Tri Vosa Ginting