Nila Moeloek: Indonesia Harus Siap Siaga dengan Kemunculan Penyakit Baru

16 Januari 2022 21:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek di gedung Kemenkes RI, Jakarta.  Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek di gedung Kemenkes RI, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Farid Nila Moeloek (FNM) Society, Prof Nila F Moeloek, menilai Indonesia perlu menjadikan pandemi COVID-19 sebagai pelajaran untuk meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia. Ia berharap ke depannya, Indonesia bisa lebih siaga dengan adanya kemunculan penyakit-penyakit baru.
ADVERTISEMENT
“Kita selama 2 tahun ini hidup dalam era pandemi akibat COVID-19. COVID-19 membuat pelayanan kesehatan harus bekerja keras dalam. Kita bersyukur gelombang kedua dapat diatasi di negara kita, walau saat ini kita masih dihantui Omicron. Semoga ini pun dapat diatasi dengan baik,” kata Nila dalam diskusi "Refleksi Pembangunan Kesehatan dan Arah ke Depan" FNM Society yang digelar virtual, Minggu (16/1).
“Pandemi harus digunakan sebagai pembelajaran terkait kesiapsiagaan penyakit baru muncul. Khususnya dalam menyiapkan sistem kesehatan yang mampu merespons kegawatdaruratan masyarakat, dan bagaimana mengembalikan pembangunan masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Nila juga menyoroti pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai berdampak besar pada kasus kesehatan penyakit tidak menular. Dalam dua tahun terakhir, banyak masyarakat penderita komorbid seperti jantung hingga diabetes kesulitan mendapatkan layanan kesehatan maksimal.
ADVERTISEMENT
Nila pun khawatir masalah kesehatan ini dapat meningkat apabila tidak diberikan penanganan lebih baik. Ia memperkirakan, penderita penyakit-penyakit tersebut pun akan jatuh ke stadium lanjut.
“Pelayanan kesehatan di era COVID-19 memperoleh banyak pelajaran dan semua mata termasuk pemerintah fokus kepada COVID-19. Kita tahu sebelum COVID-19 data BPJS menunjukkan penyakit tidak menular mengalami porsi besar dalam pembiayaan. Sesuai data 2018, masyarakat kita banyak yang menderita penyakit seperti jantung, diabetes, kanker atau pun gagal ginjal,” paparnya.
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) mengambil sampel swab untuk tes penyakit virus corona (COVID-19) di Jakarta. Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
“Mereka perlu penanganan kontrol dengan baik. Di era pandemi kita tahu semua masyarakat takut ke RS mereka menghindar dari tertularnya COVID-19. Akibatnya dapat diperkirakan makin banyak masyarakat yang jatuh ke stadium lanjut,” imbuh eks Menkes periode 2014-2019 tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebab itu, Nila menilai diperlukan kerja sama kementerian kesehatan dengan lembaga lainnya untuk menangani isu kesehatan yang lebih universal. Ia menekankan di samping sejalan dengan kesehatan global, Indonesia perlu berfokus pada isu kesehatan yang bersifat multidisipliner lintas sektor untuk meningkatkan dan mencapai kesetaraan status kesehatan masyarakat.
“Tujuan ini [perlu] termanifestasi pula dalam rencana aksi global guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, melindungi lingkungan yang disebut dengan sustainable goal yang akan berakhir 2030,” ujar dia.
“Indonesia hadapi tantangan sendiri terkait COVID-19 yang jelas berpengaruh pada upaya pemecahan masalah kesehatan seperti penyakit menular [lainnya], tidak menular. Di samping itu kematian ibu dan anak, bayi, masalah gizi, dan prioritas lain,” tandas dia.