Novel Terancam Dipecat karena Tes ASN, Seperti Apa Sepak Terjangnya di KPK?

4 Mei 2021 12:01 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyidik KPK Novel Baswedan bersaksi dalam sidang lanjutan kasus penyiraman air keras terhadap dirinya, di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Kamis (30/4). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Penyidik KPK Novel Baswedan bersaksi dalam sidang lanjutan kasus penyiraman air keras terhadap dirinya, di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Kamis (30/4). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Nama Novel Baswedan sangat lekat dengan KPK. Sebagian besar kariernya tak lepas dari lembaga pemberantas korupsi itu.
ADVERTISEMENT
Namun, kini Novel Baswedan terancam dipecat dari KPK. Hal itu karena dia dikabarkan tak lolos tes wawasan kebangsaan. Tes ini merupakan bagian dari proses alih status pegawai KPK menjadi ASN imbas adanya UU baru KPK.
Nasib Novel pun belum jelas. Tetapi berembus kabar bahwa ia di ambang pemecatan.
"Iya, katanya begitu (dipecat)," kata Novel, ia mengaku sudah mendengar kabar soal hasil tes wawasan kebangsaan, Selasa (4/5).
Tak sendiri, ada puluhan pegawai KPK lainnya yang dikabarkan tak lolos tes dan bernasib seperti Novel. Mulai dari Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo Harahap; penyidik senior Ambarita Damanik; dan sejumlah kasatgas penyidikan internal KPK; hingga pejabat struktural.
Nama-nama tersebut, bukan sosok biasa saja di KPK. Mereka, sebagian besar berkontribusi dalam menangani kasus-kasus kakap.
Kurnia Ramadhana, peneliti ICW di diskusi terkait RUU KPK di kantor ICW, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai apa yang terjadi di KPK saat ini adalah babak akhir dari rangkaian episode memberangus KPK.
ADVERTISEMENT
"Ketidaklulusan sejumlah pegawai dalam tes wawasan kebangsaan telah dirancang sejak awal sebagai episode akhir untuk menghabisi dan membunuh KPK," kata peneliti ICW Kurnia Ramadhana.
Penyidik KPK, Novel Baswedan. Foto: Willy Kurniawan - Reuters
Lantas seperti apa sepak terjang Novel Baswedan di lembaga antirasuah hingga akhir nasibnya kini di ujung tanduk?

Sepak Terjang Novel Baswedan

Novel Baswedan lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 20 Juni 1977. Dia merupakan cucu AR Baswedan, tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Novel merupakan saudara sepupu Anies Baswedan, yang sekarang menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Semasa sekolah di SMAN 2 Semarang, Novel dikenal sebagai siswa yang pendiam, tidak banyak tingkah, nilai Fisika bagus dan aktif di kegiatan rohani Islam. Tamat dari SMA, Novel masuk Akademi Kepolisian dan lulus pada tahun 1998.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1999-2005, dia berdinas di Polres Bengkulu. Pada tahun 2004, saat dia menjadi Kasatreskrim Polres Bengkulu, terjadi kasus penembakan pada pencuri sarang burung walet.
Pada tahun Januari 2007, dia ditugaskan Polri menjadi penyidik KPK dari unsur kepolisian setelah melewati proses seleksi. Saat itu KPK dipimpin Taufiequrachman Ruki.
Mantan pimpinan KPK, Taufiqurrahman Ruki berjalan meninggalkan ruangan usai menghadiri acara diskusi di dalam gedung KPK, Jakarta, Senin (7/12). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Novel Baswedan dikenal sebagai penyidik yang loyal dan berintegritas. Sejumlah kasus besar dia sidik seperti kasus M. Nazaruddin. Ia berhasil memulangkan buronan kasus korupsi tersebut dari pelariannya di Kolombia.
Selain itu, Novel Baswedan juga memimpin penggeledahan di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri pada tahun 2012, yang membuatnya sempat dituding sebagai pengkhianat oleh sebagian koleganya di Bhayangkara.
Pada tahun 2012, Novel Baswedan keluar dari Polri dan menjadi penyidik tetap KPK. Setelahnya, karier Novel Baswedan kian moncer di KPK. Ia berhasil menangani sejumlah kasus korupsi besar.
ADVERTISEMENT
Mulai dari kasus e-KTP yang melibatkan mantan Ketua DPR Setya Novanto hingga penangkapan buronan kasus mafia hukum yakni eks Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi dan menantunya Rezky Herbiyono.
Cover Story Novel Baswedan. Foto: Indra Fauzi/kumparan

Mata Kiri Buta karena Air Keras

Atas prestasi tersebut, Novel juga menerima sejumlah teror dan kriminalisasi. Mulai dari kecelakaan lalu lintas hingga teror air keras. Diduga peristiwa itu masih ada kaitannya dengan kasus yang ia tangani.
Novel Baswedan dikenal juga sebagai seorang yang agamis. Setiap pagi, dia menunaikan salat subuh berjemaah di masjid di dekat rumahnya di Kepala Gading, Jakarta Utara. Bahkan pada teror penyiraman air keras yang terjadi 11 April 2017 lalu, pelaku sengaja menunggunya selesai menunaikan salat subuh di masjid.
Akibat penyiraman air keras ini, mata kiri Novel Baswedan cacat permanen. Sementara mata kanannya pun tak lagi bisa berfungsi optimal. Belakangan kedua penyerang Novel Baswedan berhasil dibekuk dan sudah dijatuhi hukuman penjara. Keduanya merupakan polisi aktif.
ADVERTISEMENT
Kini, nasib Novel Baswedan menunggu waktu. Akankah lembaga yang dia selalu bela itu malah membuangnya?