NTB dan Lampung Kini Bisa Produksi Jagung Bahan Industri Pangan

5 Agustus 2021 11:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi jagung. Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jagung. Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
ADVERTISEMENT
Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia. Salah satu produk hasil industri olahan jagung atau industri jagung pangan yang sudah banyak dikonsumsi di masyarakat adalah sweetener atau gula jagung.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur PPHTP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Gatut Sumbogodjati, sudah ada dua provinsi yang bisa memasok jagung untuk bahan industri pangan tersebut.
"Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Lampung saat ini sudah bisa memasok jagung untuk bahan industri pangan," kata Gatut saat dalam webinar bertajuk “Peluang Pengembangan JRA (Jagung Rendah Aflatoksin) Tingkatkan Nilai Tambah Petani”, Selasa (3/8).
Kelebihan dari usaha budidaya jagung bahan baku industri pangan ini adalah, jagung yang dibeli lebih tinggi 10 persen dari harga beli pabrik pakan. Di sisi lain, karena jagung di panen lebih tua, menjadikan bonggol yang dihasilkan bisa diolah menjadi corncob yang bisa diekspor.
Petani menyortir hasil panen jagung. Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Lebih tingginya harga beli jagung bahan baku industri pangan didasari atas kompensasi yang ingin diberikan kepada petani dan pelaku usaha pascapanen. Para petani dianggap sudah bersedia memberikan sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan untuk jagung penggunaan lain.
ADVERTISEMENT
Di sisi petani, mereka harus melakukan budidaya jagung dengan standar yang baik serta harus melebihkan masa panen lebih tua 10 hari dari jagung biasanya.
Bagi pelaku usaha pascapanen, mereka harus mampu mengeringkan jagung lebih cepat (5 jam sejak panen) dengan metode pengeringan yang tidak mematikan daya kecambahnya.
Namun, menurut Wisman Djaja, salah satu pembicara dari PT Tereos FKS Indonesia, tidak semua jagung bisa digunakan industri pangan.
“Tidak semua jagung bisa digunakan oleh industri pangan. Hanya jagung yang mempunyai kandungan aflatoxin rendah (kurang dari 20 ppb) yang bisa digunakan. Persyaratan utama lainnya adalah setelah proses pengeringan selesai, mempunyai daya kecambah minimal 70 persen,” ujar Wisman.
Petani memanen jagung Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Sementara itu, menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, kebutuhan jagung rendah aflatoxin saat ini lebih dari 1 juta ton setiap tahun.
ADVERTISEMENT
"Tentunya kondisi Indonesia yang saat ini sudah mampu memproduksi lebih dari 20 juta ton jagung setiap tahun harusnya dengan mudah mampu memenuhi kebutuhan tersebut," terangnya.
"Sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo bahwa saat ini kita tidak hanya bertumpu pada kuantitas saja, tapi juga kualitas yang baik. Alhamdulillah kita sudah ada kerja sama dengan Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia (P3JI) untuk menyerap penyediaan jagung rendah aflatoxin ini dan saya yakin kita mampu memenuhinya dari dalam negeri sendiri," tambah Suwandi.