3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Nurjanah, Penjual Nasi Uduk Bukit Duri yang Kini Tergusur

14 Januari 2017 19:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bu Nurjanah, penjual nasi uduk Pasar Sawo (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bu Nurjanah, penjual nasi uduk Pasar Sawo (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Pilgub DKI Jakarta telah di depan mata. Ketiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dipertemukan saat acara debat putaran pertama yang diselenggarakan oleh KPUD DKI Jumat (13/1) lalu.
ADVERTISEMENT
Ada salah satu statement menarik dari pasangan calon nomor urut 3 Sandiaga Uno tentang paparan program kerja andalannya OK OCE. Dalam program tersebut, Anies-Sandi hendak menciptakan 200 ribu tenaga kerja baru yang berpihak pada rakyat.
Sandiaga menuturkan salah satu kisah hidup seorang pedagang nasi uduk di daerah Bukit Duri yang tempatnya mencari nafkah digusur oleh Pemprov DKI. Kisah ini membuat dirinya terenyuh.
Kondisi Pasar Sawo Bukit Duri (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Pasar Sawo Bukit Duri (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Berangkat dari statement tersebut, kumparan menghampiri tempat sang penjual nasi uduk legendaris kebanggaan warga Bukit Duri dan sekitarnya itu. Letak rumah rumah semi permanen berwarna ungu itu di Gang 9.
Itulah rumah Ibu Nurjanah (47), penjual nasi uduk favorit warga setempat. Rumah itu dia sewa dengan biaya Rp 12 juta per tahun.
ADVERTISEMENT
"Dulu tinggal di pinggir kali, sekarang malah ngontrak," ujarnya saat ditemui kumparan, Sabtu (14/1).
Nurjanah mengaku pernah ditanya oleh Sandiaga tentang penghasilannya yang kini menurun hingga 50%. Sebab pelanggan nasi uduknya setiap pagi telah digusur dan kini mereka telah berpencar.
"Langganan saya banyakan orang Kampung Pulo sana. Dulu langganan mah dari mana aja, sekarang enggak ada," ucapnya kecewa.
Kondisi dapur Bu Nurjanah saat memasak nasi uduk  (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi dapur Bu Nurjanah saat memasak nasi uduk (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Nurjanah telah berjualan sejak dirinya masih menginjak bangku SD. Perempuan berkerudung ini memulai usaha dengan membantu menjual dagangan ibunya.
"Udah dari SD nurun dari orang tua kan orang tua udah enggak ada sekarang jadinya yang jualan saya," ujar ibu 2 anak ini.
Setelah ada penggusuran oleh Pemprov DKI pada Agustus silam, dagangannya kini sepi pembeli. "Dagang aja sekarang susah. Pinggir kali udah dibongkar, pasarnya kan juga udah nyisa dikit doang sekarang," keluhnya.
ADVERTISEMENT
Lapak nasi uduk Bu Nurjanah di Pasar Sawo (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lapak nasi uduk Bu Nurjanah di Pasar Sawo (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Dagangannya cukup murah, dapat dijangkau oleh semua kalangan. "Seporsi tergantung, kalau pakai telor komplit Rp 10 ribu, tapi kalau cuma bakwan sama mi Rp 6.000, kadang juga ada anak sekolahan beli Rp 3.000 saya layani daripada beli jajan enggak kenyang di luar," kenangnya.
Nurjanah juga menuturkan, dagangan dirinya dahulu laris manis diburu pembeli. Sementara kini dirinya harus berjuang menghabiskan dagangannya hingga siang hari menyapa.
"Dulu mah 5-6 liter nasi, saya keluar jam 05.30 WIB, lalu jam 08.00 WIB sudah abis. Sekarang 2-3 liter aja masih kadang nyisa dan suka maksain sampai 09.30 WIB saya di Pasar Sawo Bukit Duri," tuturnya.
Bu Nurjanah memasak nasi uduk dan lauk-lauknya (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bu Nurjanah memasak nasi uduk dan lauk-lauknya (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)