Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Akibat radang lambung ini kalau makan pasti 'mbalik' (dimuntahkan) lagi. Selain itu, kalau menurut dokter ya faktor usia juga," kata Heri Sulistyo salah satu abdi dalem keraton yang sehari-hari bertugas memelihara kerbau milik keraton, seperti dilansir Antara, Rabu (11/11).
Dia mengatakan kebo bule yang dinamai Nyai Manis Sepuh tersebut mati pada umur 35 tahun. Dengan berkurangnya satu ekor kerbau, dikatakannya, saat ini kerbau milik Keraton Solo tersisa 21 ekor.
"Untuk 'ubo rampe' (perlengkapan) yang dipakai juga ada dupa dan bunga. Proses penguburan sekitar tiga jam," kata Heri.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kerbau koleksi Keraton Solo atau disebut juga dengan kebo bule hingga saat ini masih dianggap keramat oleh sebagian orang. Bahkan, setiap malam 1 Sura atau 1 Muharam Keraton Solo menyelenggarakan arak-arakan yang juga diikuti kebo bule.
Pada kirab tersebut, kebo bule sebagai "cicik lampah" atau pembuka iring-iringan yang diikuti oleh seluruh anggota keluarga Keraton Solo. Bahkan, sebagian orang tidak ragu untuk mengambil sisa makanan maupun kotoran yang dikeluarkan selama arak-arakan karena dianggap sebagai pembawa berkah.
Heri mengatakan sehari-harinya kerbau koleksi keraton dikandangkan di kawasan Alun-alun Selatan Surakarta. Ia mengatakan 22 kerbau tersebut menempati tiga kandang yang berbeda.
"Hampir setiap sore ada saja pengunjung yang datang hanya untuk melihat-lihat kebo bule ini," katanya.
ADVERTISEMENT