Nyak Sandang, Penyumbang Pesawat Pertama Habiskan Waktu untuk Ibadah

7 Maret 2018 17:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kisah hidup Nyak Sandang asal Aceh perlu untuk diteladani. Meski telah berumur hampir satu abad, semangat menjalani hidupnya tetap terpatri di dalam jiwanya.
ADVERTISEMENT
Pagi itu ia duduk bersandar di dinding depan kamar rumahnya, duduk bersila mengenakan baju batik dan peci lusuh di kepala. Wajahnya melepaskan senyuman dan masih tampak bersemangat menjalani hidup.
Nyak Sandang merupakan salah seorang warga Gampong Lhuet, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya yang ikut ambil andil dalam menyumbangkan harta kekayaanya untuk membeli pesawat pertama Indonesia. Nyak Sandang yang akrab disapa Ayah oleh warga, menghabiskan waktu sehari-harinya untuk beribadah.
Tak ada kesibukan lain yang dikerjakannya selain beribadah, karena faktor usia dan kondisi fisik yang kian melemah. Kedua matanya tak lagi dapat melihat dengan baik akibat katarak dan pendengarannya yang tak lagi normal. Ia hanya mampu mendengar suara orang lain dengan sedikit lantang.
ADVERTISEMENT
“Hanya ibadah dan zikir saja di rumah karena kita umur sudah tua,” ucap Nyak Sandang di rumahnya, Rabu (7/3).
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Nyak Sandang, memang terkenal di kampungnya dan menjadi panutan. Keluarganya dikenal sebagai pengurus masjid secara turun-temurun. Meski telah berusia 91 tahun, namun daya ingat Nyak Sandang masih begitu kuat.
“Alhamdulillah karena ibadah dan zikir, hingga hari ini Allah masih mengizinkan diri saya untuk tetap bertahan hidup,” jelas Nyak Sandang.
Nyak Sandang menikah dengan seorang wanita bernama Fatimah (88) di usia 21 tahun dan memiliki anak sebanyak 7 orang. Kondisi sang istri kini juga semakin melemah karena usia. Keduanya menghabiskan waktu bersama cucunya dan dirawat oleh sang anak yang tinggal berdampingan.
ADVERTISEMENT
Nyak Sandang pernah dibawa oleh keluarga ke rumah sakit pada 2011 silam untuk menjalani operasi katarak. Namun upaya itu gagal bahkan kini penglihatan kedua matanya semakin gelap.
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Kini, Nyak Sandang menaruh harapan kepada seseorang dermawan yang mau membantunya untuk pengobatan mata. Menurutnya, kesehatan sangatlah penting dan dapat membantunya untuk beribadah dengan lancar.
“Kalau sembuh setidaknya bisa ambil wudhu sendiri dan bisa beribadah dengan lancar,” terangnya sembari tersenyum.
Nyak Sandang merupakan salah seorang saksi hidup yang ikut menyumbangkan harta kekayaannya untuk membeli pesawat pertama di Indonesia usai kemerdekaan. Bahkan, ia rela menjual lahan tanah yang ia tanami 40 pohon kelapa seharga 100 perak.
Ir Sukarno memang menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak 120 ribu dolar Singapura dan 20 kilogram emas murni untuk membeli dua pesawat terbang yang diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002. Dua pesawat tersebut merupakan cikal bakal maskapai Garuda Indonesia Airways.
ADVERTISEMENT