news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Obat Demam Jadi Langka, Pemerintah China Ambil Alih Produksi Pasokan Medis

23 Desember 2022 10:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang yang memakai masker mengantre di luar apotek untuk membeli obat di sebuah apotek di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Alessandro Diviggiano/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang yang memakai masker mengantre di luar apotek untuk membeli obat di sebuah apotek di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Alessandro Diviggiano/REUTERS
ADVERTISEMENT
China segera mengambil alih produksi pasokan medis di seluruh negeri seiring jutaan orang kesulitan mendapatkan obat-obatan utama dan alat tes, sejak munculnya lonjakan kasus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi kekurangan pasokan secara nasional ini, otoritas telah mengambil alih belasan perusahaan farmasi.
Tindakan itu menyasar setidaknya 11 dari 42 perusahaan pembuat alat tes corona yang produknya menerima izin dari regulator medis China. Pihak berwenang menyita sebagian produksi mereka.
Salah satunya adalah produsen tes rapid antigen yang berbasis di Kota Xiamen, Wiz Biotech. Perusahaan tersebut mengonfirmasikan, pemerintah setempat akan mengambil alih semua alat tes.
Untuk membantu meningkatkan produksi, otoritas mengirimkan staf tambahan pula bagi enam produsen tes antigen di Beijing.
Beberapa otoritas lokal turut memberlakukan kebijakan penjatahan. Penduduk harus mendaftar menggunakan kartu identitas mereka ketika membeli obat demam dari lebih dari 500 apotek di Zhuhai.
Mereka pun hanya boleh membeli enam tablet dalam sepekan.
Sejumlah petugas jasa pengiriman mengambil pesanan obat di sebuah apotek, di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Thomas Peter/REUTERS
Kota Nanjing di Provinsi Jiangsu telah mengamankan pasokan dua juta tablet obat demam sejauh ini. Tetapi, pihaknya tetap membatasi warga untuk membeli enam tablet per minggu.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Kota Hangzhou mendesak penduduknya untuk memesan obat berdasarkan kebutuhan mereka sejak Kamis (22/12).
"Jangan menimbun obat-obatan secara membabi buta. Serahkan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkannya," bunyi pemberitahuan otoritas setempat, dikutip dari AFP, Jumat (23/12).
Menilik wabah yang melanda China Daratan, penduduk memborong obat-obatan flu yang dijual bebas di Hong Kong. Selama hampir dua pekan, mereka berbondong-bondong mengosongkan rak apotek.
"Pekan lalu, ada orang yang membeli belasan, puluhan kotak Panadol untuk dikirim ke China Daratan," ungkap seorang pekerja apotek.
Petugas jasa pengiriman mengambil pesanan obat di sebuah apotek, di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Thomas Peter/REUTERS
Mannings—rantai apotek terbesar di kota semi-otonom tersebut—telah membatasi pembelian obat demam, pilek, flu, dan batuk dengan merek populer dari Barat. Pembatasan turut berlaku bagi obat-obatan buatan perusahaan China, Lianhua Qingwen.
Sebab, pihaknya menghadapi lonjakan permintaan secara tiba-tiba.
ADVERTISEMENT
Ketua Kamar Farmasi Umum Hong Kong menyebut sebagian besar obat yang dibeli kemungkinan akan dikirim ke China. Taiwan juga menyaksikan pembelian massal serupa dalam beberapa pekan ini.
"Bila situasinya memburuk, kami akan mempertimbangkan skema penjatahan untuk membatasi jumlah yang dapat dibeli setiap orang," jelas kepala pusat komando pengendalian epidemi Taiwan.
Petugas jasa pengiriman mengambil pesanan obat di sebuah apotek, di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Thomas Peter/REUTERS
Kelangkaan itu bermula ketika pemerintah mencabut kebijakan lockdown, karantina, dan tes corona massal di China.
Setelah pihak berwenang mendesak orang dengan gejala ringan untuk melakukan pengobatan sendiri di rumah, pasokan ibuprofen hingga tes rapid antigen mulai habis. Jutaan orang lantas harus berjuang untuk mendapatkan pasokan medis di seluruh China.
"Seluruh keluarga saya sakit dan saya tidak bisa membeli obat untuk demam," ujar seorang penduduk Kota Chengdu, Yanyan.
ADVERTISEMENT
Puluhan apotek telah melaporkan kekurangan obat demam pada Kamis (22/12).
"Kami belum mendapatkan obat selama satu atau dua pekan. Saya masih memiliki beberapa obat penghilang rasa sakit yang tersisa, tetapi sangat sedikit," kata seorang apoteker di wilayah Ningxia.